HADITS KE 107 : HUKUM MENYEMBAHYANGKAN ORANG YANG MATI BUNUH DIRI

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

《JILID II (DUA)》

KITAB JANAZAH

HADITS KE 107 :

عن جابر ابن سمرة رضي الله عنهما – قال : أتي النبي صلى الله عليه وسلم برجل قتل نفسه بمشاقص، فلم يصل عليه. رواه مسلم

Dari Jabir ibn Samrah (r.a), beliau berkata: “Didatangkan kepada Nabi (s.a.w) jenazah orang yang membunuh dirinya sendiri dengan pisau tetapi baginda tidak mau menyembahyangkannya.” (Diriwayatkan oleh Muslim)

MAKNA HADITS :

Orang yang membunuh dirinya sendiri, jika dia menganggap halal apa yang telah
dilakukannya itu, maka dia kafir, namun jika tidak menganggap halal apa yang
dilakukannya itu, maka dia orang fasik.
Rasulullah (s.a.w) tidak mau menyembahyangkan jenazah orang yang
membunuh dirinya sendiri. Sikap baginda itu sebagai peringatan bagi orang lain
agar tidak melakukan perbuatan yang serupa dengannya. Tetapi para sahabat
menyembahyangkannya agar jenazah orang tersebut tidak dikebumikan dalam
keadaan tanpa disholatkan.”

FIQH HADITS :

1. Hakim tidak boleh menyembahyangkan jenazah orang yang membunuh dirinya
sendiri, tetapi selain hakim dibolehkan untuk menyembahyangkannya. Ini
berlandaskan kepada hadis yang diriwayatkan oleh al-Nasa’i bahwa Rasulullah (s.a.w) bersabda:

أما أنا فلا أصلي عليه

“Aku tidak mau menyembayangkannya.”

Dari riwayat ini dapat disimpulkan bahwa selain hakim atau imam boleh menyembahyangkannya.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *