السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI
《JILID II (DUA)》
BAB SHALAT ISTISQA’
HADITS KE 74 :
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( خَرَجَ سُلَيْمَانُ عَلَيْهِ السَّلَامُ يَسْتَسْقِي, فَرَأَى نَمْلَةً مُسْتَلْقِيَةً عَلَى ظَهْرِهَا رَافِعَةً قَوَائِمَهَا إِلَى السَّمَاءِ تَقُولُ: اَللَّهُمَّ إِنَّا خَلْقٌ مِنْ خَلْقِكَ, لَيْسَ بِنَا غِنًى عَنْ سُقْيَاكَ, فَقَالَ: ارْجِعُوا لَقَدْ سُقِيتُمْ بِدَعْوَةِ غَيْرِكُمْ ) رَوَاهُ أَحْمَدُ وَصَحَّحَهُ اَلْحَاكِمُ
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Nabi Sulaiman pernah keluar untuk memohon hujan, lalu beliau melihat seekor semut terlentang di atas punggungnya dengan kaki-kakinya terangkat ke langit seraya berkata: “Ya Allah kami adalah salah satu makhluk-Mu yang bukan tidak membutuhkan siraman airmu. Maka Nabi Sulaiman berkata: Pulanglah, kamu benar-benar akan diturunkan hujan karena doa makhluk selain kamu.”
MAKNA HADITS :
Allah (s.w.t) menciptakan hewan dan binatang dengan membekalinya fitrah
untuk selalu memohon perlindungan kepada-Nya dan mereka tahu bahwa yang menciptakan mereka adalah Allah (s.w.t) Yang Maha Suci yang ada di atas Arasy-
Nya, sebagaimana yang dikehendaki-Nya tanpa ada yang dapat menggambarkan-Nya dan tanpa ada yang dapat menyerupakan-Nya. Allah (s.w.t) berfirman:
وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ (٤٤)
“… Dan tak ada suatu (makhluk) pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya…” (Surah al-Isra: 44)
Akan tetapi, ada sekumpulan hewan berwujud manusia menggambarkan Allah
yang menciptakan mereka dengan sifat-sifat makhluk. Mereka menggambarkan
pengertian fawqiyyah sebagai pengertian alam nyata yang memiliki batasan ruang
serta tempat tertentu. Pengertian seperti itu pada hakikatnya tidak memahami
hakikat Allah yang benar di samping keluar dari pemahaman yang benar dan menyimpang dari apa yang disifatkan oleh Allah (s.w.t) terhadap zat-Nya di dalam Kitab-Nya dan oleh Rasul-Nya. Tidak ada suatu nash pun yang menggambarkan Tuhan Yang Maha Pencipta dengan gambaran yang mempunyai batasan, arah dan rupa Allah (s.w.t) sebagaimana yang dijelaskan di dalam firman-Nya:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (١١)
“Tidak ada sesuatu pun yang menyerupai-Nya dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat…” (Surah al-Syura: 11)
Dalam ayat yang lain Allah (s.w.t) berfirman:
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ (٤)
“… Dan Dia bersama kamu di mana sahaja kamu berada…” (Surah al-Hadid: 4)
Dengan demikian, tidak ada ta’til (meniadakah sifat-sifat Allah), ta’wil, tasybih dan tamtsil melainkan kita menyifatkan Allah (s.w.t) sesuai dengan apa yang Dia sifatkan untuk zat-Nya dan sesuai dengan apa yang disifatkan oleh Rasul-Nya.
FIQH HADITS :
1. Disyariatkan berangkat menuju lapangan untuk mengerjakan sholat istisqa’.
2. Istisqa’ juga disyariatkan bagi umat-umat terdahulu.
3. Dianjurkan mengeluarkan semua hewan ternak ketika beristisqa’, karena hewan juga mempunyai tabiat yang berkaitan dengan pengetahuan mengenai Allah. Ia berzikir dan berdo’a kepada-Nya dengan
bahasanya sendiri yang hanya difahami oleh Allah (s.w.t), meskipun manusia tidak memahaminya.
Wallahu a’lam bisshowab..
Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.
Semoga bermanfaat. Aamiin..