DEWAN PIMPINAN PUSAT
IKATAN ALUMNI BATA-BATA

DPP IKABA

DEWAN PIMPINAN PUSAT IKATAN ALUMNI BATA-BATA

Kategori
015. BAB SHALAT ISTISQO' (MINTA HUJAN) B. KITAB SHALAT (IBANAH AL-AHKAM) KAJIAN HADITS

HADITS KE 67 : TATACARA SHALAT ISTISQA’

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

《JILID II (DUA)》

BAB SHALAT ISTISQA’

HADITS KE 67 :

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: ( خَرَجَ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مُتَوَاضِعًا, مُتَبَذِّلًا, مُتَخَشِّعًا, مُتَرَسِّلًا, مُتَضَرِّعًا, فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ, كَمَا يُصَلِّي فِي اَلْعِيدِ, لَمْ يَخْطُبْ خُطْبَتَكُمْ هَذِهِ ) رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ, وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَأَبُو عَوَانَةَ, وَابْنُ حِبَّانَ

Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu berkata: Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam keluar dengan rendah diri, berpakaian sederhana, khusyu’, tenang, berdoa kepada Allah, lalu beliau sholat dua rakaat seperti pada sholat hari raya, beliau tidak berkhutbah seperti pada sholat hari raya, beliau tidak berkhutbah seperti khutbahmu ini. Riwayat Imam Lima dan dinilai shahih oleh Tirmidzi, Abu Awanah, dan Ibnu Hibban.

MAKNA HADITS :

Istisqa’ adalah meminta hujan kepada Allah (s.w.t) apabila terjadi kekeringan.
Penyebab terjadinya kekeringan dan kemarau yang panjang itu adalah manusia tidak mau berzakat dan sering curang dalam melakukan timbangan serta ukuran mereka. jika itu sudah terjadi, maka tidak ada cara lain untuk menghilangkannya kecuali dengan memohon perlindungan kepada Allah melalui berdo’a dan bertadharru’ kepada-Nya.

Pernah ada suatu kaum mengadu kepada Nabi (s.a.w) tentang kemarau panjang yang menimpa negeri mereka, lalu baginda bersabda kepada mereka:
“Duduklah di atas lutut kamu lalu berdoalah: ‘Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku’.” Kemudian disyariatkan sholat istisqa’.

Jika Nabi (s.a.w) menghadapi suatu masalah besar, baginda segera melakukan sholat. Baginda pernah melakukan sholat untuk memohon hujan sebanyak dua
rakaat seperti halnya baginda melakukan sholat hari raya sebagai satu syariat bagi
umatnya. Adakalanya baginda tidak melakukan sholat, tetapi cukup dengan berdo’a di dalam khutbah Jum’at atau dalam kesempatan-kesempatan yang lain. Ini untuk menjelaskan bahwa cara itu juga dibolehkan.

Sesudah melakukan sholat istisqa’, baginda selalu menyampaikan khutbah untuk memberikan nasehat serta berdo’a kepada Allah (s.w.t). Khatib dianjurkan menggunakan lafadz do’a yang pernah dibaca oleh Nabi (s.a.w) ketika
meminta turun hujan, karena dengan cara ini diharapkan apa yang dipintanya
itu segera dikabulkan. Tetapi ada sebagian ulama yang tidak berkhutbah
ketika mengerjakan sholat istisqa, dan mereka mentafsirkan semua riwayat yang menceritakan masalah khutbah ini sebagai do’a semata-mata.

FIQH HADITS :

1. Disyariatkan mengerjakan sholat istisqa’. Cara mengerjakan sholat istisqa’
sama dengan mengerjakan sholat hari raya. Imam al-Syafi’i berkata: “Takbir
pada rakaat pertama dilakukan sebanyak tujuh kali selain takbiratul ihram,
sedangkan pada rakaat kedua dilakukan sebanyak lima kali selain takbir
berdiri. Imam Malik dan Imam Ahmad mengatakan bahwa tidak ada takbir
tambahan dalam sholat istisqa’ dan mereka mentafsirkan hadis ini dengan
mengatakan bahwa maksud menyamakan sholat istisqa’ dengan sholat hari raya ialah dalam bilangan rakaat, bacaan mesti dibaca dengan suara kuat dan sholat dilakukan sebelum menyampaikan khutbah. Imam Abu Hanifah mengatakan bahwa sholat istisqa’ tidak disyariatkan, sebaliknya apa yang disyariatkan adalah berdo’a memohon turun hujan.

2. Disyariatkan khutbah sesudah mengerjakan sholat. Jumhur ulama
mengatakan bahwa apa yang paling afdhal ialah mengakhirkan khutbah
sebagaimana dalam sholat hari raya. Namun jika khutbah didahulukan ke
atas sholat, maka khutbah dan sholat istisqa’ tetap dianggap sah.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Oleh ANWARI ACHMAD

Anggota IKABA Larangan, alumni tahun 1992

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *