السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI
《JILID II (DUA)》
BAB SHALAT GERHANA
HADITS KE 62 :
عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ رضي الله عنه قَالَ: ( اِنْكَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَوْمَ مَاتَ إِبْرَاهِيمُ, فَقَالَ النَّاسُ: اِنْكَسَفَتِ الشَّمْسُ لِمَوْتِ إِبْرَاهِيمَ, فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم “إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ, فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا, فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا, حَتَّى تَنْكَشِفَ” ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. وَفِي رِوَايَةٍ لِلْبُخَارِيِّ: (حَتَّى تَنْجَلِىَ )
وَلِلْبُخَارِيِّ مِنْ حَدِيثِ أَبِي بَكْرَةَ رضي الله عنه ( فَصَلُّوا وَادْعُوا حَتَّى يُكْشَفَ مَا بِكُمْ )
Al-Mughirah Ibnu Syu’bah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Pada zaman Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah terjadi gerhana matahari yaitu pada hari wafatnya Ibrahim. Lalu orang-orang berseru: Terjadi gerhana matahari karena wafatnya Ibrahim. Maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak terjadi gerhana karena kematian dan kehidupan seseorang. Jika kalian melihat keduanya berdo’alah kepada Allah dan sholatlah sampai kembali seperti semula.” Muttafaq Alaihi. Menurut riwayat Bukhari disebutkan: “Sampai terang kembali.”
Menurut riwayat Bukhari dari hadits Abu Bakrah Radliyallaahu ‘anhu : “Maka sholatlah dan berdoalah sampai kejadian itu selesai atasmu.”
MAKNA HADITS :
Pada Zaman Rasulullah (s.a.w) pernah terjadi gerhana. Peristiwa itu bersamaan
dengan kematian putera Nabi (s.a.w), yaitu Ibrahim. Itu terjadi pada tahun ke-10 Hijriah. Lalu sekumpulan kaum muslimin berkesimpulan bahwa matahari mengalami gerhana karena kematian Ibrahim. Mereka mengatakan demikian dengan tujuan memuliakan Nabi (s.a.w) dan puteranya. Ketika Rasulullah (s.a.w) mendengar apa yang mereka katakan itu, baginda pun marah, lalu berkhutbah kepada mereka yang isinya menjelaskan bahwa matahari dan bulan merupakan dua dari sekian banyak tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah (s.w.t) dan tidak ada satu kekuasaan pun bagi seseorang untuk mempengaruhi gerhana itu. Kedua-duanya tidak gerhana karena kematian atau kehidupan seseorang, betapa pun besar atau hebatnya orang itu. Peristiwa gerhana itu hanyalah merupakan fenomena alam yang menunjukkan kekuasaan Tuhan Yang Maha Pencipta lagi Maha Besar agar manusia menyaksikan suatu gambaran tentang hari kiamat, hingga mereka segera kembali kepada-Nya dengan berdo’a dan mengerjakan sholat serta ingat bahwa Allah ada kalanya menjatuhi hukuman bagi orang yang tidak berdosa, lebih-lebih lagi orang yang berdosa. Akhirnya manusia tidak mempunyai jalan lain kecuali segera bertaubat dan kembali kepada-Nya agar dimasukkan ke dalam golongan orang yang berjaya.
FIQH HADITS :
1. Disyariatkan melakukan sholat ketika terjadi gerhana matahari dan gerhana
bulan. Imam al-Syafi’i mengatakan bahwa sholat gerhana ini boleh dikerjakan pada waktu lantaran ada sebab telah mendahuluinya, sekalipun dikerjakan pada waktu makruh untuk mengerjakan sholat. Jumhur ulama mengatakan bahwa sholat gerhana tidak boleh dikerjakan pada
waktu-waktu makruh. Sholat gerhana bulan dilakukan pada waktu malam hari tanpa ada pengecualian karena pada malam hari tidak ada waktu yang dimakruhkan.
2. Sanggahan terhadap sekumpulan manusia yang mengatakan bahwa matahari dan bulan mengalami gerhana karena kematian seorang yang hebat atau ada peristiwa besar yang sedang berlaku. Pada zaman Jahiliah mereka berkeyakinan bahwa gerhana memastikan terjadinya suatu perubahan di bumi seperti kematian seseorang atau petaka besar sedang terjadi. Oleh itu, Nabi (s.a.w) memberitahu para sahabat bahwa itu merupakan keyakinan yang salah. Matahari dan bulan merupakan dua makhluk yang tunduk patuh kepada Allah. Kedua-duanya tidak mempunyai suatu kekuatan untuk berbuat sesuatu terhadap dirinya dan tidak ada seorang pun yang mempunyai kekuasaan melakukan sesuatu terhadap keduanya.
3. Sanggahan terhadap sebagian masyarakat Jahiliah yang menyembah matahari dan bulan. Rasulullah (s.a.w) menjelaskan kepada mereka bahwa matahari dan bulan adalah dua makhluk Allah (s.w.t), sama halnya dengan makhluk-makhluk yang lain. Kedua-duanya pasti mengalami perubahan
dan tidak ada kekuasaan bagi siapapun untuk berbuat sesuatu terhadap kedua-duanya.
4. Berlindung kepada Allah ketika terjadi fenomena-fenomena yang menakutkan dan peristiwa dahsyat dengan cara mengerjakan sholat dan lain-lain sebagainya berupa do’a dan istighfar untuk menolak petaka yang akan terjadi, baik yang bersifat segera di dunia ataupun yang ditangguhkan
nanti di akhirat karena adanya perbuatan maksiat.
Wallahu a’lam bisshowab..
Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.
Semoga bermanfaat. Aamiin..