السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI
《JILID II (DUA)》
BAB SHOLAT HARI RAYA IDUL
FITRI DAN IDUL ADLHA
HADITS KE 59 :
وَعَنْ أَنَسٍ قَالَ: ( قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم الْمَدِينَةَ, وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا. فَقَالَ: “قَدْ أَبْدَلَكُمُ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ الْأَضْحَى, وَيَوْمَ الْفِطْرِ ) أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ, وَالنَّسَائِيُّ بِإِسْنَادٍ صَحِيحٍ
Dari Anas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam tiba di Madinah dan mereka (penduduk Madinah) mempunyai dua hari untuk bermain-main. Maka beliau bersabda: “Allah telah menggantikan dua hari tersebut dengan dua hari yang lebih baik, yaitu hari raya Adlha dan Fithri.” Dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Nasa’i dengan sanad yang shahih.
MAKNA HADITS :
Oleh karena memperlihatkan keceriaan pada dua hari raya merupakan perkara
yang disunahkan untuk menghibur diri dan memberikan kegembiraan kepada
anak-anak sebagai satu tanda syukur kepada Allah (s.w.t), maka Allah (s.w.t)
mensyariatkan dua hari raya kepada hamba-Nya yaitu hari raya idul fitri dan hari raya idul adha, sebagaimana pada zaman Jahiliah dimana mereka memiliki dua hari raya dalam setiap tahunnya. Namun hari raya pada zaman Jahiliah diramaikan dengan melakukan perkara-perkara yang dilarang dan menyampingkan nilai-nilai ibadah. Hari-hari raya dalam Islam dimeriahkan dengan melakukan sesuatu yang tidak dilarang oleh syariat disertai suasana kegembiraan dan syukur di atas nikmat Allah (s.w.t). Allah (s.w.t) berfirman:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا….. (58)
“Katakanlah, “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah mereka bergembira…”
(Surah Yunus: 58)
Hari raya itu merupakan salah satu tanda syukur dan pujian kepada Allah (s.w.t). Hari raya yang pertama disyariatkan dalam Islam ialah hari raya idul fitri bersamaan dengan tahun kedua Hijriah.
FIQH HADITS :
1. Dilarang bermain dan bergembira pada dua hari Nairuz dan Mahrajan, tidak boleh bagi seorang mukmin meniru amalan orang kafir dalam mengagungkan kedua hari tersebut dan demikian pula hari-hari lain yang termasuk hari perayaan mereka, karena dikawatiri menyerupai mereka.
2. Disyariatkan memperlihatkan kegembiraan dan keceriaan pada dua hari raya Islam. Ini termasuk syariat yang ditetapkan oleh Allah (s.w.t) ke atas hamba-hamba-Nya. Mengganti hari-hari perayaan Jahiliah dengan dua hari raya idul fitri dan idul adha yang telah disebutkan dalam hadis ini menunjukkan bahwa dibolehkan melakukan perkara-perkara yang biasa dilakukan pada zaman Jahiliah pada dua hari raya itu selagi tidak dilarang oleh Islam dan tidak melalaikan amal ibadah. Perbedaan antara hari raya pada zaman Jahiliah dengan hari raya Islam ialah berkaitan ketentuan waktunya.
Wallahu a’lam bisshowab..
Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.
Semoga bermanfaat. Aamiin..