DEWAN PIMPINAN PUSAT
IKATAN ALUMNI BATA-BATA

HADITS KE 46 : PENETAPAN HARI RAYA

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

《JILID II (DUA)》

BAB SOLAT HARI RAYA IDUL
FITRI DAN IDUL ADHA

HADITS KE 46 :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( الْفِطْرُ يَوْمَ يُفْطِرُ النَّاسُ, وَالْأَضْحَى يَوْمَ يُضَحِّي النَّاسُ ) رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ

Dari ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Hari Raya Fithri adalah hari orang-orang berbuka dan hari raya Adlha adalah hari orang-orang berkurban.” Riwayat Tirmidzi.

MAKNA HADITS :

Jika seseorang melihat hilal bulan pada malam hari raya, maka wajib baginya mengamalkan apa yang dia yakini dalam dirinya tanpa perlu mengira baik hakim bakal menerima kesaksiannya ataupun tidak. Dalam masalah sholat hari raya, berbuka dan berqurban, dia wajib mengikut keputusan yang telah dibuat oleh
lembaga kehakiman karena dikawaatiri menimbulkan kekacauan. Inilah kefahaman yang terdapat di dalam hadis ini. Adapun sanggahan Ibn Abbas (r.a) terhadap kesaksian seseorang yaitu Kuraib yang telah menyaksikan penduduk negeri
Syam telah berpuasa pada hari Jum’at melalui perkataannya: “Sesungguhnya kami melihat anak bulan pada malam Sabtu,” maka ini mengandung dua tafsiran.

Pertama, barangkali Ibn Abbas (r.a) ingin menyatakan adanya perbedaan waktu kemunculan anak bulan antara negeri Syam dengan negeri Hijaz. Inilah landasan yang betul. Kedua, barangkali pula Ibn Abbas (r.a) menolak kesaksian satu orang karena beliau mensyaratkan adanya sejumlah saksi dalam masalah ini. Meskipun, di dalam hadis tersebut tidak didapati bukti yang menunjukkan bahwa Ibn ‘Abbas (r.a) menyuruh Kuraib mengamalkan apa yang bertentangan dengan keyakinan
dirinya.

FIQH HADITS :

Apa yang mesti dijadikan pedoman dalam menetapkan hari raya ialah mengikuti orang banyak. Seseorang yang melihat rukyah hari raya tetap diwajibkan menyesuaikan dirinya dengan khalayak ramai secara hukum dalam mengerjakan sholat hari raya, berbuka dan melakukan qurban. Jumhur ulama mengatakan
bahwa barang siapa yang melihat anak bulan Syawal, namun kesaksiannya tidak dapat diterima oleh majlis hakim, maka dia tidak boleh berbuka.

Imam al-Syafi’i berkata: “Dia boleh berbuka kecuali jika dikawatiri akan dituduh dengan tuduhan yang buruk. Dalam keadaan ini hendaklah dia menahan diri dari makan dan minum, tetapi dengan meyakini bahwa dirinya berada
dalam hari raya.”

Ulama bersepakat bahwa barang siapa yang melihat hilal bulan puasa, walaupun kesaksiannya tidak dapat diterima oleh majlis hakim, maka dia tetap diwajibkan puasa sendirian.”

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

http://ikaba.net/2019/04/11/hadits-ke-46-penetapan-hari-raya/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

#TERKINI

#WARTA

#HUKUM