HADITS KE 30-31 : WAKTU ISTIJABAH DI HARI JUM’AT

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

《JILID KE II (DUA)》

BAB SHALAT JUM’AT

HADITS KE 30 :

وَعَنْهُ; أَنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم ذَكَرَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَقَالَ: ( فِيهِ سَاعَةٌ لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي, يَسْأَلُ الله تعالى شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ، وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا ) مُتَّفَقٌ عَلَيْه. ِ وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ: ( وَهِيَ سَاعَةٌ خَفِيفَةٌ )

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam setelah menyebut hari Jum’at beliau bersabda: “Pada hari itu ada suatu saat jika bertepatan seorang hamba muslim berdiri untuk sholat memohon kepada Allah, maka niscaya Allah akan memberikannya sesuatu.” Kemudian beliau memberi isyarat dengan tangannya bahwa saat itu sebentar. Muttafaq Alaihi. Dalam suatu riwayat Muslim: “Ia adalah saat yang pendek.”

HADITS KE 31 :

وَعَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِيهِ سَمِعْتُ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: ( هِيَ مَا بَيْنَ أَنْ يَجْلِسَ الْإِمَامُ إِلَى أَنْ تُقْضَى الصَّلَاةُ ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ, وَرَجَّحَ الدَّارَقُطْنِيُّ أَنَّهُ مِنْ قَوْلِ أَبِي بُرْدَةَ. وفي حديث عبد الله ابن سلام عند ابن ماجة، وجابر عند أبي دود والنسائي: أنها ما بين صلاة العصر الى غروب الشمس. وقد اختلف فيها أكثر من أربعين قولا، أمليتها في شرح البخاري

Abu Burdah dari ayahnya Radliyallaahu ‘anhu berkata: “Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Saat (waktu) itu ialah antara duduknya imam hingga dilaksanakannya sholat.” Riwayat Muslim. Daruquthni menguatkan bahwa hadits tersebut dari perkataan Abu Burdah sendiri.

Dalam hadis Abdullah ibn Salam yang ada pada Ibn Majah dan dalam hadis Jabir yang ada pada Abu Dawud dan al-Nasa’i disebutkan seperti berikut bahwa saat (mustajab) tersebut terletak di antara sholat Asar hingga matahari terbenam. Lebih empat puluh pendapat yang memperdebatkan waktu saat (do’a mustajab) ini. Semua itu kami uraikan dalam kitab Syarh al-Bukhari.

MAKNA HADITS :

Hari Jum’at mempunyai beberapa keistimewaan yang antara lain ialah sa’ah al-mubarakah (waktu yang penuh dengan keberkahan). Pada waktu itu do’a dikabulkan selagi tidak melakukan dosa atau memutuskan ikatan silaturahim. Waktu
ini amatlah singkat dimana Nabi (s.a.w) menganjurkan agar ia diberi perhatian mengingat waktunya yang sempit itu.

Ulama berselisih pendapat mengenai ketentuannya, hingga ada empat puluh tiga pendapat yang membahas masalah ini. Tetapi menurut pendapat yang sahih, waktu tersebut masih belum dapat dipastikan, namun waktu antara sholat Asar hingga matahari tenggelam merupakan waktu yang paling diharapkan supaya do’a dikabulkan. Ada pula kemungkinan bahwa waktu ituberpindah-pindah, tetapi itu masih berlaku pada hari Jum’at. Hikmah merahasiakan waktu mustajab do’a ini ialah supaya seluruh hari Jum’at diisi dengan dengan ibadah.

FIQH HADITS :

1. Keutamaan hari Jum’at adalah adanya sa’ah al-ijabah dimana pada waktu do’a dikabulkan.

2. Boleh menggunakan isyarat untuk mengungkapkan isi hati sebagaimana yang biasa dilakukan oleh orang Arab dalam pembicaraan mereka.

3. Menentukan sa’ah al-ijabah pada hari Jum’at yaitu antara imam mulai duduk di atas mimbar hingga dia selesai mengerjakan sholat Jum’at. Menurut hadis Abdullah ibn Salam (r.a), ia terletak pada akhir siang hari, sedangkan menurut hadis Jabir (r.a), ia terletak antara sholat Asar hingga matahari terbenam.

4. Syariat yang dibawa oleh Rasulullah (s.a.w) membenarkan kitab-kitab suci yang terdahulu.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *