DEWAN PIMPINAN PUSAT
IKATAN ALUMNI BATA-BATA

DPP IKABA

DEWAN PIMPINAN PUSAT IKATAN ALUMNI BATA-BATA

Kategori
Bahtsul Masail Munakahat

N078. HUKUM MELAMAR PEREMPUAN SAAT IDDAH

PERTANYAAN :

Assalamualaikum Ustadz..

Deskripsi masalah:
Dalam menempuh kehidupan berkeluarga (suami istri ) tidak menutup kemungkian ada cobaan, rintangan baik persoalan usaha, penghasilan ekonomi dll. Studi kasus ada seorang suami mengatakan kepada istriya aku thalak kamu, secara hukum agama telah jatuh thalak namun dalam kepemerintahan belum rismi mengingat masih banyak tuntutan tengtang gonu gini semasa keduanya belum thalak secara otomatis si perenpuan sudah dalam masa iddah, tanpa diduga ada orang laki-laki lain mau meminangnya.

Pertanyaanya:
Bagaimana hukum agama jika seorang perempuan menerima pinangan orang laki-laki lain sementara masih dalam masa iddah.

JAWABAN :

Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh..

Jika yang dimaksud adalah prosesi lamaran seperti adat kebiasaan di daerah kita yang biasa dilakukan secara terang-terangan, maka hukumnya haram. Namun jika hanya mengatakan pada si wanita secara kinayah / tersirat yang mengarah ke maksud mengajak untuk menikah, maka boleh.

Referensi :

المهذب، ج ٢، ص : ٥٤ :
فصل، في التعريض في الخطبة بالمعتدة :
ويجوز التعريض بالخطبة المعتدة الوفاة والطلاق الثلاث – الى أن قال – ويحرم التصريح بالخطبة

Yang haram itu melamar karena dinamakan tashriih, kalo hanya rasan-rasan lewat kerabatnya atau tetangganya maka dibolehkan karena itu dinamakan ta’riidl, sedang ta’riidl adalah bentuk kinayah seperti ucapan: ada laki-laki yang menyukaimu smg saja dia kebaikan padamu, contoh shorih (haram): jika iddahmu tlah tuntas, maka aku akan mengawinimu. Alhashil, tashriih adalah mengajak nikah dengan bahasa kawin/nikah beda dengan ta’riidl yang hanya sebatas kinayah atau majaz atau tidak menggunakan bahasa kawin/nikah.

Sebenarnya di kitab abu syuja’ masalah tashrih dan ta’ridl sudah dijelaskan secara gamblang. Mushonif menjelaskan bahwa tidak boleh bagi orang yang melamar wanita yang dalam iddah karena wafat, ditalaq 3 atau roj’i mengkhitbah dengan mengatakan dengan tashrih (lafal/shighot yang menunjukan keinginan untuk menikah/shorih) seperti : “aku ingin menikahimu”, namun boleh melamar wanita yang tidak dalam iddah karena tholaq roj’i dengan ta’ridl (lafal yang tidak menunjukkan keinginan untuk menikah namun memuat maksud untuk menikah/kinayah) dan akan menikahinya setelah iddahnya selesai, seperti : suka dengan mu.

Tashrrih : lafal yang menunjukan keinginan untuk menikah atau shorih.

Ta’ridl : lafal yang tidak menunjukan keinginan untuk menikah namun maksudnya untuk menikahinya atau kinayah.

– kitab I’anatut Tholibin :

.فروع : يحرم التصريح بخطبة المعتدة من غيره رجعية كانت أو بائنا بطلاق أو فسخ أو موت و يجوز التعريض بها في عدة غير رجعية وهو كأنت جميلة و رب راغب فيك. إعانة الطالبين ٣/٢٦٧-٢٦٨

– kitab Albajuri :

ولا يجوز أن يصرح بخطبة معتدة عن وفاة أو طلاق بائن أو رجعي والتصريح ما يقطع بالرغبة في النكاح كقوله للمعتدة أريد نكاحك و يجوز إن لم تكن المعتدة عن طلاق رجعي أن يعرض لها بالخطبة وينكحها بعد انقضاء عدتها والتعريض ما لا يقطع بالرغبة في النكاح بل يحتملها كقول الخاطب للمرأة رب راغب فيك. قوله ولا يجوز أن يصرح بخطبة معتدة أى فيحرم التصريح بخطبتها ولا يصح العقد المرتب عليها إن وقع قبل انقضاء العدة فإن وقع بعد انقضاء العدة فهو صحيح. الباجوري ٢/١٠٧

Ulama sepakat bahwa hukumnya menerima tunangan atau melamar seorang wanita yang telah dithalak oleh suaminya dan masih dalam masa iddah (masa penangguhan) dengan pekataan yang jelas (Tasrih) adalah haram. Seperti contoh ungkapan orang yang akan meming (orang yang akan mengawininya kepada wanita yang punya iddah : “Saya ingin mengawinimu jika waktu penangguhanmu telah habis”

Referensi :

موسوعة الفقهية

التَّصْرِيحُ بِالْخِطْبة

٨- هُوَ مَا يَقْطَعُ بِالرَّغْبَةِ فِي النِّكَاحِ وَلاَ يَحْتَمِل غَيْرَهُ، كَقَوْل الْخَاطِبِ لِلْمُعْتَدَّةِ: أُرِيدُ أَنْ أَتَزَوَّجَكِ، أَوْ: إِذَا انْقَضَتْ عِدَّتُكِ تَزَوَّجْتُكِ.
وَقَدِ اتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ عَلَى أَنَّ التَّصْرِيحَ بِخِطْبَةِ مُعْتَدَّةِ الْغَيْرِ حَرَامٌ سَوَاءٌ أَكَانَ مِنْ طَلاَقٍ رَجْعِيٍّ أَمْ بَائِنٍ، أَمْ وَفَاةٍ، أَمْ فَسْخٍ، أَمْ غَيْرِ ذَلِكَ لِمَفْهُومِ قَوْل اللَّهِ تَعَالَى: {وَلاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا عَرَّضْتُمْ بِهِ مِنْ خِطْبَةِ النِّسَاءِ أَوْ أَكْنَنْتُمْ فِي أَنْفُسِكُمْ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ سَتَذْكُرُونَهُنَّ وَلَكِنْ لاَ تُوَاعِدُوهُنَّ سِرًّا إِلاَّ أَنْ تَقُولُوا قَوْلاً مَعْرُوفًا وَلاَ تَعْزِمُوا عُقْدَةَ النِّكَاحِ حَتَّى يَبْلُغَ الْكِتَابُ أَجَلَهُ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي أَنْفُسِكُمْ فَاحْذَرُوهُ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ} (١) وَلأَِنَّ الْخَاطِبَ إِذَا صَرَّحَ بِالْخِطْبَةِ تَحَقَّقَتْ رَغْبَتُهُ فِيهَا فَرُبَّمَا تَكْذِبُ فِي انْقِضَاءِ الْعِدَّةِ. (٢) وَحَكَى ابْنُ عَطِيَّةَ وَغَيْرُهُ الإِْجْمَاعَ عَلَى ذَلِكَ. (٣)

التَّعْرِيضُ بِالْخِطْبَةِ:
٩ – قَال الْمَالِكِيَّةُ: التَّعْرِيضُ أَنْ يُضَمِّنَ كَلاَمَهُ
(١) سورة البقرة / ٢٣٥
(٢) الدر المختار ٢/ ٦١٩ جواهر الإكليل ١/ ٢٧٦ روضة الطالبين ٧/ ٣٠ نهاية المحتاج ٦/ ١٩٩، أسنى المطالب ٣ / ١١٥، كشاف القناع ٥ / ١٨
(٣) مغني المحتاج ٣ / ١٣٥، الإقناع ٢/ ٧٦، أسنى المطالب ٣ / ١١٥، شرح المنهج ٤ / ١٢٨ وحاشية الجمل، كشاف القناع ٥/ ١٨
والله أعلم بالصواب

Wallahu a’lamu bisshowab..

Oleh ANWARI ACHMAD

Anggota IKABA Larangan, alumni tahun 1992

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *