DEWAN PIMPINAN PUSAT
IKATAN ALUMNI BATA-BATA

DPP IKABA

DEWAN PIMPINAN PUSAT IKATAN ALUMNI BATA-BATA

Kategori
Bahtsul Masail Munakahat

N075. BOLEHKAH ANAK SENDIRI KAWIN DENGAN ANAK TIRI? “BISAN KATEDUNGAN” (Madura Red.)

PERTANYAAN :

Assalamu’alaikum Ustadz..

Mau tanya ustadz.

Diskripsi masalah:

Ada seorang pria sebut saja namanya (Ahmad) memiliki anak perempuan dan seorang perempuan sebut saja namanya (Zainab) memiliki anak laki2, lalu Ahmad dan Zainab menikah maka jadilah anak keduanya bersaudara (berteman) namun di kemudian jalinan persaudaraan pupus di karenakan keduanya menjalin hubungan lebih dalam sehingga berkeinginan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan.

Pertanyaan :
Bolehkah kedua anak tersebut menikah?

JAWABAN :

Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh..

Boleh karena tidak ada jalur mahram. Hal ini yang diistilahkan “bisan katedungan” (Madura red).

Lain halnya antara anak tiri dengan bapak tirinya bisa mahram apabila ibunya sudah di dukhul dan haram dinikahi.

– Roudhoh Atthoolibiin VII/112 :

ﻓﺮﻉ ﻻ ﺗﺤﺮﻡ ﺑﻨﺖ ﺯﻭﺝ ﺍﻷﻡ ﻭﻻ ﺃﻣﻪ ﻭﻻ ﺑﻨﺖ ﺯﻭﺝ ﺍﻟﺒﻨﺖ ﺃﻡ ﺯﻭﺟﺔ ﺍﻷﺏ ﻭﻻ ﺑﻨﺘﻬﺎ ﻭﻻ ﺃﻡ ﺯﻭﺟﺔ ﺍﻹﺑﻦ ﻭﻻ ﺑﻨﺘﻬﺎ ﻭﻻ ﺯﻭﺟﺔ ﺍﻟﺮﺑﻴﺐ ﻭﻻ ﺯﻭﺟﺔ ﺍﻟﺮﺍﺏ

[Cabang bahasan] Tidak diharamkan (menikahi) anak perempuan dari suami ibu, (saudari tiri, persaudaraan karena bapak tiri), tidak haram pula menikahi ibu dari suaminya ibu (Nenek tiri), tidak pula anak perempuan dari suaminya anak perempuan (cucu tiri), tidak pula ibu dari istrinya ayah (nenek tiri).

– I’anah Atthalibin :

(قوله: ولا أم زوجة الأب) أي ولا تحرم أم زوجة أبيه عليه وهذا يعلم من قوله تحرم زوجة أصل، ومثلها بنت زوجة أبيه فلا تحرم عليه.
(وقوله: والابن معطوف على الأب) أي ولا يحرم أم زوجة ابنه، ومثلها بنت زوجة ابنه.
وهذا يعلم من قوله وزوجة فصل.
(والحاصل) لا تحرم بنت زوج الأم ولا أمه ولا بنت زوج البنت ولا أمه ولا أم زوجة الأب ولابنتها ولا أم زوجة الابن ولابنتها ولا زوجة الربيب ولا زوجة الراب وهو زوج الأم لأنه يربيه غالبا

TENTANG ANAK TIRI :

قوله تعالى: (وربائبكم اللاتي في حجوركم من نسائكم اللاتي دخلتم بهن، فإن لم تكونوا دخلتم بهن فلا جناح عليكم)

Al-Qurtubi dalam Tafsir Al-Qurtubi, hlm. 5/93, menjelaskan masalah Al-Rabibah :

والربيبة : بنت امرأة الرجل من غيره ؛ سميت بذلك لأنه يربيها في حجره فهي مربوبة ، فعيلة بمعنى مفعولة . واتفق الفقهاء على أن الربيبة تحرم على زوج أمها إذا دخل بالأم ، وإن لم تكن الربيبة في حجره .
وأجمع العلماء على أن الرجل إذا تزوج المرأة ثم طلقها أو ماتت قبل أن يدخل بها حل له نكاح ابنتها

Artinya: Kata “Rabibah” adalah anak perempuan dengan pria lain dari wanita yang nikahi. Disebut rabibah (didikan) karena si pria mendidiknya di rumahnya. Ulama fiqih sepakat haram hukumnya bagi pria menikahi anak tirinya apabila sudah hubungan intim dengan ibunya. Walaupun si anak tiri ini tidak tinggal bersama ibu dan ayah tirinya.

Ulama sepakat bahwa seorang laki-laki apabila menikahi wanita lalu menceraikannya atau wanita itu wafat sebelum dicampuri maka halal bagi pria menikahi putrinya.

Wallahu a’lamu bisshowab..

Oleh ANWARI ACHMAD

Anggota IKABA Larangan, alumni tahun 1992

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *