PERTANYAAN :
Assalamualaikum Ustadz..
Diskripsi Masalah:
Ada Pasutri Melakukan jimak, lalu adus. Selang Beberapa Jam setelah adus pada saat si istri beraktifitas maka dari Farji’nya keluar sperma lagi.
Pertanyaan:
1. Bagaimana Hukum Keluarnya Sperma tsb, apakah si istri harus Mandi Besar Lagi?
2. Bagaimana Hukum Sperma tsb (Najis/tdk)?
3. Bagaimana Hukum Wudu’nya si istri Apabila sewaktu keluarnya sperma dalm Kondisi Punya Wudu’?
JAWABAN :
Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh..
1). Jawabannya ditafsil :
a. Bila saat menjalani senggama dia juga mengeluarkan sperma maka wajib baginya mengulangi mandinya.
b. Bila saat senggama dia tidak mengeluarkan sperma maka tidak wajib mengulangi mandinya karena sesungguhnya yang keluar dari kemaluannya adalah mani suaminya.
2). Kalau jelas yang keluar adalah mani maka suci.
3). Ditafshil :
a. Bila saat menjalani senggama dia juga mengeluarkan sperma maka wudhuknya tidak batal, namun wajib adus.
b. Bila saat senggama dia tidak mengeluarkan sperma maka wuduknya batal karena sesungguhnya yang keluar dari kemaluannya adalah mani suaminya. Dan tidak wajib adus.
Referensi :
at-Taqriirat as-sadiidah di bagian ta’liiq hal. 115 :
فلو جامع الرجل زوجته ولم تقض وطرها بأن كانت نائمة أو مكرهة ثم اغتسلت فخرج منها مني زوجها فلا يجب عليها الغسل مرة أخرى، ولكن ينتقض وضوؤها، بخلاف ما إذا قضت وطرها فيجب عليها الغسل مرة أخرى
– as-Syarqowi juz 1 hal 77 :
قوله وخرج بمنيه مني غيره (إلي أن قال أوفي قبلها وخرج منه بعد ماذكر فإن قضت شهوتهاحال الوطء بأن كانت بالغة مختارة مستيقظة وجب عليه إعادة الغسل لأن الظاهر أنه منيهما معا لإختلاطهما وأقيم الظن هنا مقام اليقين
I’aanah I/70 :
وخرج بمني نفسه مني غيره كأن وطئت المرأة في دبرها فاغتسلت ثم خرج منها مني الرجل فلا يجب عليها إعادة الغسل أو وطئت في قبلها ولم يكن لها شهوة كصغيرة أو كان لها شهوة ولم تقضها كنائمة فكذلك لا إعادة عليها
Dikecualikan dengan maninya sendiri adalah mani orang lain, seperti :
1. Wanita yang disenggamai duburnya kemudian ia mandi dan keluar mani suaminya (saat mandi) maka tidak wajib baginya mengulangi mandinya.
2. Atau wanita tersebut digauli dikemaluannya hanya saja tidak ada gairah syahwat darinya (hingga memungkinkan baginya keluar sperma saat senggama) seperti wanita yang masih kecil
3. Atau dia punya gairah hanya saja dia tidak menuntaskannya (tidak sampai orgasme/keluar mani)
Dalam tiga cgambaran diatas kesemuanya tidak mewajibkan mengulangi mandi. [ I’aanah I/70 ].
– Hasyiyah Al-Qolyubi I/72 :
والمراد مني الشخص نفسه ولو مع مني غيره , فلو قضت المرأة شهوتها واغتسلت , ثم خرج منها مني وجب عليها الغسل إقامة للمظنة مقام اليقين , ولو خرج المني في دفعات وجب الغسل بكل مرة وإن قل .
Yang dimaksud dengan sperma adalah spermanya sendiri meskipun bercampur dengan sperma orang lain karenanya bila seorang wanita saat mandi wajib telah mendatangi syahwatnya (orgasme) kemudian keluar darinya sperma (saat mandi) maka wajib baginya mandi sebab dugaan kuat didudukkan dalam hukum yakin (artinya diduga itu juga maninya yang keluar bersama mani suaminya karena dalam persenggamaan dia juga orgasme) dan bila mani tersebut keluar dengan berulang-ulang wajib baginya mandi meskipun keluarnya sedikit.
وَقَال الشَّافِعِيَّةُ: إِذَا أَمْنَى وَاغْتَسَل ثُمَّ خَرَجَ مِنْهُ مَنِيٌّ عَلَى الْقُرْبِ بَعْدَ غُسْلِهِ لَزِمَهُ الْغُسْل ثَانِيًا، سَوَاءٌ كَانَ ذَلِكَ قَبْل أَنْ يَبُول بَعْدَ الْمَنِيِّ أَوْ بَعْدَ بَوْلِهِ، لِقَوْل النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّمَا الْمَاءُ مِنَ الْمَاءِ (٢) ، وَلَمْ يُفَرِّقْ؛ وَلأَِنَّهُ نَوْعُ حَدَثٍ فَنَقَضَ مُطْلَقًا، كَالْبَوْل وَالْجِمَاعِ وَسَائِرِ الأَْحْدَاثِ (٣) .
(٢) حديث: ” إنما الماء من الماء “. تقدم تخريجه ف٥
(٣) المجموع شرح المهذب للنووي ٢ / ١٣٩ – ١٤٠
Dan menurut pendapat Syafi’iyah : Jika seseorang keluar mani dan ia langsung mandi, kemudian setalah mandi keluar mani lagi dengan jarak yang dekat, Maka ia mandi lagi (mandi dua kali). Sama saja keluarnya mani sebelum berkencing atau keluarnya setelah berkencing. Karena adanya hadits Nabi saw. “Sesungguhnya air itu dari air”. Hal itu sebagian dari hadats sebagaimana kencing, jimak dan hadats2 yang lain.
Wallahu a’lamu bisshowab..