PERTANYAAN :
Assalamualaikum Ustadz..
Sia A ikut Arisan, karena kebutuhan ia membeli Arisan pada si B yang kebetulan pada saat itu si B kebagian Arisan, si A membeli Arisan Pada si B (menggati posisinya si B dengan cara membeli pada si B) mohon penjelasan hukum jual beli si A dan Si B.
JAWABAN :
Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh..
Tidak boleh karena yang dibeli adalah uang dengan uang. Dan belum jelas jumlahnya. Apalagi harganya lebih mahal dari jumlah arisan yang akan didapat maka akan menjadi riba.
Kalau mau menjual seharusnya bukan uang tetapi barang. Misalnya bila seseorang menang arisan, hadiahnya adalah seekor sapi. Maka seseorang bisa menjual sapi itu kepada orang lain meski barangnya belum ada sekarang ini. Namanya bai’us salam. Dan ada bab tersendiri dalam fiqih tentang akad seperti ini.
Hukum mengadakan “arisan” pada dasarnya adalah boleh dengan sistem lotri bergilir satu per satu siapa yang unggul maka dialah yang berhak mengambil giliran. Akan tetapi jika diambil alih gilirannya pada orang lain dengan tanpa kesepakatan bersama terlebih tanpa adanya kerelaan (idzin) dari yang berhak maka hukumnya tidak boleh (ma’shiyat), terkecuali dengan seidzin yang bersangkutan maka boleh dengan catatan bukan dengan cara dibeli/membeli. Tetapi jika sistimnya dibeli/membeli maka hukumnya haram. Dengan alasan karena membeli barang yang masih belum jelas atau membeli uang dengan uang (dinar dengan dirham) hukumnya haram.
Referensi :
المحلى الجزء الثانى ص:٢٥٨
{ فرع } الجمعة المشهورة بين النساء بأن تأحذ إمرأة من كل واحدة من جماعة منهن قدرا معينا فى كل جمعة أو شهر تدفعه لواحدة بعد واحدة إلى آخرهن جائزة كماقاله الولى العراقىّ.
“Perkumpulan yang populer (Aresan) diantara sekian perempuan, dengan mengambil-Nya seorang perempuan dari setiap perorangan dari mereka ( jamaah) dengan ukuran yang tertentu (lotri/kotto’ red:), yang dilaksanakan setiap jum’at atau setiap bulan dan diberikan gilirannya pada seorang (yang telah unggul dalam nilai kotto’an) maka hukumnya boleh.
Sebagaimana penjelasan Alwali al-Eroqiy.
Adapun ibarah mendalui giliran dari orang lain tanpa adanya keridloaan (idzin) adalah sebagai berikut :
سلم التوفيق ص:٨١
ومن معاصى البدن أخذ نوبته أى الغير فى المكان والثوب او البئر أو غير ذلك.
“ Diantara dari ma’shiyatnya badan adalah mendahului giliran dari pada orang lain didalam satu tempat, baju, sumur atau yang lain-Nya.
Sedangkan ibarah yang menjelaskan atas keharaman menjual barang yang tidak jelas (uang dengan uang) dan yang serupa adalah sebagai berikut:
مرقاة صعود التصديق فى شرح سلم التوفيق ص:٥٣
{ و} يحرم أيضا { بيع المجهول } فلا يصح بيع أحد الثوبان مثلا مبهما ولابيع بأحدهما وإن تساوت قيمتهما ولا بملء ذالبيت برا أو بزينة ذى الحصاة ذهبا والحال ملء البيت وزنة الحصاة مجهولان أو بألف دراهم ودنانير للجهل بعين المبيع فى الآولى وبعين الثمن فى الثانية ومقداره فى الباقى. أفاد ذلك الشرقاوى.
“Dan haram membeli barang yang tidak jelas. Maka tidak sah menjual salah satu diantara kedua baju. Dan tidak sah melakukan pembelian dengan pembayaran salah satu diantara dua baju tersebut, meskipun nilai dari harga keduanya sama. Juga tidak sah pembelian semua biji yang ada dirumah. Begitu juga tidak sah membeli emas dengan timbangan krikil tidak diketahui kadarnya atau pembelian dengan seribu dirham dan dinar. Ketidak absahan tersebut dikarenakan tidak jelas pada barang dijual. Barang yang dijual pada pemasalahan yang pertama, dan ketidak jelasan tzaman (ongkos). Pada permasalahan kedua, dan ketidak jelasan kadar barang yang dijual pada masah selain dua persoalan sebelumnya”. Sebagaimana disampaikam oleh Syaikh Syarkawiy.
Wallahu a’lamu bisshowab..