السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI
BAB TATACARA PELAKSANAAN SHOLAT
HADITS KE 215 :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : ( إِذَا قُمْتُ إِلَى اَلصَّلَاةِ فَأَسْبِغِ اَلْوُضُوءَ ثُمَّ اِسْتَقْبِلِ اَلْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ ثُمَّ اِقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ اَلْقُرْآنِ ثُمَّ اِرْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ اِرْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اُسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ اِرْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ اُسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ اِرْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ اُسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ اِفْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا ) أَخْرَجَهُ اَلسَّبْعَةُ وَاللَّفْظُ لِلْبُخَارِيِّ وَلِابْنِ مَاجَهْ بِإِسْنَادِ مُسْلِمٍ ( حَتَّى تَطْمَئِنَّ قَائِمًا )
وَمِثْلُهُ فِي حَدِيثِ رِفَاعَةَ عِنْدَ أَحْمَدَ وَابْنِ حِبَّانَ ( حَتَّى تَتْمَئِنَّ قَائِمًا )
وَفِي لَفْظٍ لِأَحْمَدَ : ( فَأَقِمْ صُلْبَكَ حَتَّى تَرْجِعَ اَلْعِظَامُ )
وَلِلنَّسَائِيِّ وَأَبِي دَاوُدَ مِنْ حَدِيثِ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعٍ : ( إِنَّهَا لَنْ تَتِمُّ صَلَاةُ أَحَدِكُمْ حَتَّى يُسْبِغَ اَلْوُضُوءَ كَمَا أَمَرَهُ اَللَّهُ ثُمَّ يُكَبِّرَ اَللَّهَ وَيَحْمَدَهُ وَيُثْنِيَ عَلَيْهِ ). وَفِيهَا ( فَإِنْ كَانَ مَعَكَ قُرْآنٌ فَاقْرَأْ وَإِلَّا فَاحْمَدِ اَللَّهَ وَكَبِّرْهُ وهلِّلْهُ )
وَلِأَبِي دَاوُدَ : ( ثُمَّ اِقْرَأْ بِأُمِّ اَلْقُرْآنِ وَبِمَا شَاءَ اَللَّهُ )
وَلِابْنِ حِبَّانَ : ( ثُمَّ بِمَا شِئْتَ )
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Jika engkau hendak mengerjakan shalat maka sempurnakanlah wudlu’ lalu bacalah (ayat) al-Quran yang mudah bagimu lalu ruku’lah hingga engkau tenang (tu’maninah dalam ruku’ kemudian bangunlah hingga engkau tegak berdiri lalu sujudlah hingga engkau tenang dalam sujud kemudian bangunlah hingga engkau tenang dalam duduk lalu sujudlah hingga engkau tenang dalam sujud. Lakukanlah hal itu dalam dalam sholatmu seluruhnya.” Dikeluarkan oleh Imam Tujuh lafadznya menurut riwayat Bukhari. Menurut Ibnu Majah dengan sanad dari Muslim: “Hingga engkau tenang berdiri.”
Hal serupa terdapat dalam hadits Rifa’ah Ibnu Rafi’ menurut riwayat Ahmad dan Ibnu Hibban: “Sehingga engkau tenang berdiri (mu).”
Dan menurut lafazh riwayat Ahmad : “Maka tegakkanlah tulang punggungmu hingga tulang-tulang itu kembali (seperti semula).”
Menurut riwayat Nasa’i dan Abu Dawud dari hadits Rifa’ah Ibnu Rafi’i: “Sungguh tidak sempurnah sholat seseorang di antara kamu kecuali dia menyempurnakan wudlu’ sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah kemudian ia takbir dan memuji Allah.” Dalam hadits itu disebutkan: “Jika engkau hafal Qur’an bacalah jika tidak bacalah tahmid (Alhamdulillah) takbir (Allahu Akbar) dan tahlil (la illaaha illallah).”
Menurut riwayat Abu Dawud: “Kemudian bacalah Al-fatihah dan apa yang dikehendaki Allah.”
Menurut riwayat Ibnu hibban: “Kemudian (bacalah) sekehendakmu.”
MAKNA HADITS :
Rasulullah (s.a.w) masuk ke dalam masjid. Setelah itu, masuklah Khallad ibnu Rafi’ yang terus mengerjakan sholat, kemudian dia datang menghadap kepada Rasulullah (s.a.w) dan mengucapkan salam kepadanya. Baginda pun menjawab salamnya, lalu bersabda kepadanya: “Kembalilah dan ulangi sholatmu itu, karena sesungguhnya sholatmu masih belum cukup.” Lalu Khallad kembali mengulangi sholatnya seperti semula. Setelah itu, dia datang kepada Nabi (s.a.w) dan mengucapkan salam kepadanya. Nabi (s.a.w) bersabda lagi kepadanya: “Wa ‘Alaika al-Salaam. Kembalilah dan ulangi sholatmu, sesungguhnya sholatmu masih belum cukup.” Rasulullah (s.a.w) menyuruhnya mengulangi sholat sebanyak tiga kali. Akhirnya lelaki tersebut berkata: “Demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak dapat melakukan selain hanya ini. Maka ajarkan kepadaku bagaimana cara mengerjakan sholat yang betul.” Mendengar itu, Rasulullah (s.a.w) bersabda kepadanya: “Jika kamu hendak mengerjakan sholat, … hingga akhir hadis.”
FIQH HADITS :
1. Hadis ini merupakan hadis paling mulia yang dikenali dengan judul hadis المسيء صلاته “Orang yang tidak sempurna Solatnya). Di dalamnya menjelaskan tentang tatacara pelaksanaan sholat.
2. Orang yang hendak mengerjakan sholat, sedangkan dia dalam keadaan hadas diwajibkan berwuduk dan dianjurkan menyempurnakan wuduk.
3. Wajib berniat karena berlandaskan kepada sabda Rasulullah (s.a.w): “Jika kamu hendak mengerjakan sholat.” Dalam hadis yang lain disebutkan:
انما الاعمال بالنيات
“Sesungguhnya sahnya amal perbuatan itu hanyalah dengan niat.”
4. Wajib menghadap ke arah kiblat sebelum melakukan takbiratul ihram.
5. Pembukaan sholat adalah takbiratul ihram dan ia merupakan salah satu rukun sholat. Jumhur ulama berpendapat, takbiratul ihram dilakukan dengan lafaz yang telah ditentukan, yaitu Allahu Akbar. Lain halnya dengan mazhab Hanafi dimana mereka berpendapat bahwa sholat itu sah dengan mengucapkan lafaz yang mengandung makna mengagungkan Allah (s.w.t).
6. Wajib membaca Surah al-Fatihah dalam setiap rakaat sholat. Ulama berbeda pendapat mengenai ketentuan Surah al-Fatihah dalam sholat. Imam Malik, Imam Ahmad dan Imam al-Syafi’i berkata: “Wajib membaca Surah al-Fatihah dalam setiap sholat. Surah al-Fatihah merupakan salah satu rukun sholat. Sholat tidak sah tanpa Surah al-Fatihah.” Imam Abu Hanifah berkata: “Surah al-Fatihah tidak termasuk salah satu rukun sholat. Rukun sudah mencukupi dengan adanya bacaan secara mutlak. Dengan demikian, membaca Surah al-Fatihah itu wajib dan berdosa bagi orang yang meninggalkannya. Tetapi sholat tetap dianggap sah tanpa membaca Surah al-Fatihah.” Selain itu, ulama berselisih pendapat baik al-Fatihah merupakan satu rukun dalam setiap rakaat solat ataupun tidak. Imam al-Syafi’i dan Imam Ahmad berkata: “Surah al-Fatihah merupakan rukun dalam setiap rakaat sholat bagi imam, orang yang sholat sendirian, dan juga makmum.” Pendapat inilah yang sahih. Menurut mazhab Maliki, surah al-Fatihah adalah rukun bagi imam dan orang yang sholat sendirian, sedangkan makmum hanya membacanya dalam sholat-sholat sirriyyah (Zohor dan Asar). Apa yang lebih afdhal bagi makmum adalah meninggalkannya dalam sholat jahriyyah (Maghrib, Isyak dan Subuh). Mereka berlandaskan kepada sabda Nabi (s.a.w): “Kemudian lakukan semua itu dalam seluruh sholatmu.” Imam Abu Hanifah berpendapat, imam dan orang yang sholat sendirian wajib membuat bacaan dalam dua rakaat pertama tetapi tidak semestinya membaca Surah al-Fatihah. Makmum tidak perlu membacanya, baik dalam sholat sirriyyah mahupun sholat jahriyyah. Sedangkan pada dua rakaat yang terakhir tidak diwajibkan untuk melakukan bacaan. Dengan arti kata lain, boleh membaca dan boleh pula tidak membacanya. Jika tidak, maka dibolehkan membaca tasbih.”
7. Zikir sudah mencukupi bagi orang yang tidak hafal Surah al-Fatihah. Zikir tersebut mengandungi makna tahmid, takbir, dan tahlil.
8. Disyariatkan membaca selain Surah Al-Fatihah. Ini berlandaskan kepada sabda Rasulullah (s.a.w): “Kemudian bacalah Ummu al-Kitab dan surah lain yang dikehendaki oleh Allah atau yang engkau sukai.”
9. Wajib rukuk dan sujud.
10. Wajib tuma’ninah dalam setiap rukuk, sujud, i’tidal dan duduk di antara dua sujud.
11. Dalam hadis ini tidak disebutkan salam, padahal salam merupakan salah satu rukun sholat, karena lawan bicara telah mengetahuinya melalui dalil lain yang antara lain ialah hadis:
تحريمها التكبير وتحليلها السلام
“Tahrimnya dengan adalah takbir dan tahlilnya adalah dengan salam.”
Dengan arti kata lain, sholat itu dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.
Wallahu a’lam bisshowab..
Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.
Semoga bermanfaat. Aamiin..