السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI
BAB MASJID
HADITS KE 212 :
وَعَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( مَا أُمِرْتُ بِتَشْيِيدِ اَلْمَسَاجِدِ ) أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ
Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Aku tidak diperintahkan untuk menghiasi masjid.” Dikeluarkan oleh Abu Dawud dan shahih menurut Ibnu Hibban.
MAKNA HADITS :
Dahulu Masjid Nabawi dibangun dengan batu bata dan atapnya pula daun pelepah kurma, sedangkan tiangnya batang pohon kurma. Tujuan utama pembangunan
masjid ialah melindungi kaum muslimin dari cuaca panas dan cuaca sejuk di samping memudahkan mereka berkumpul untuk menunaikan sholat berjamaah dan mendengarkan nasihat serta memenuhi seruan kebaikan. Oleh sebab itu, Allah (s.w.t) tidak memerintahkan Nabi-Nya untuk mengukir dan menghiasinya agar tidak mengganggu tujuan utama pembangunan masjid.
Orang yang pertama kali menghiasi masjid ialah al-Walid ibn Abdul Malik. Ada ulama yang memilih berdiam diri tanpa memprotes tindakan al-Walid bin Abdul Malik tersebut karena takut fitnah, namun ada diantara mereka yang memprotes, tetapi al-Walid tidak mempedulikan.
Ketika Khalifah Umar (r.a) mengubah suai Masjid Nabawi, beliau berkata: “Aku akan membuat atap untuk menaungi mereka dan jangan sekali-kali kamu mewarnainya dengan warna merah atau kuning kerana ia mengganggu orang yang sedang beribadah di dalamnya.”
FIQH HADITS :
1. Tidak disyaratkan membangun masjid lebih tinggi sekiranya itu memang yang diperlukan.
2. Dilarang menghiasi masjid dengan emas dan perak. Tetapi Imam Abu Hanifah memberikan kemudahan dalam masalah ini demi mengagungkan masjid, tetapi dengan syarat hendaklah biayanya tidak diambil dari baitul mal.
Sedangkan menurut jumhur ulama, larangan ini menunjukkan hukum makruh baik biaya yang akan digunakan untuk menghiasi masjid itu diambil dari harta pemerintah ataupun harta baitul mal. Dikatakan makruh karena harta telah dibelanjakan bukan pada tempat yang mustahak, di samping hati orang yang sedang beribadah di dalamnya terganggu dan khusyuk yang merupakan roh ibadah tidak dapat direalisasikan. Terlebih-lebih lagi dasar menghiasi masjid dengan berbagai jenis hiasan merupakan kebiasaan orang Yahudi dan orang Nasrani, sedangkan kita telah diperintahkan untuk tidak meniru perbuatan mereka.
3. Menerangkan mukjizat Rasulullah (s.a.w) karena baginda memberitakan perkara-perkara yang bakal terjadi di kemudian hari. Sesungguhnya mengecat masjid dan membangga-banggakannya telah sering kali dilakukan oleh
raja-raja dan pemimpin zaman sekarang ini hampir di semua tempat. Akibatnya masjid kini hanya menjadi musium, bukannya tempat ibadah.
Wallahu a’lam bisshowab..
Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.
Semoga bermanfaat. Aamiin..