PERTANYAAN :
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Deskripsi masalah:
Shofwan adalah orang yang terkadang kelakuannya mengambil hak orang lain dengan tanpa izin(Ggasab/mencuri), pada suatu waktu ia sadar atas pekerjaannya yang tidak benar menurut agama islam, lalu barang yang diperoleh dari hasil curiannya/Ghasab digunakan untuk membangun masjid.
Pertanyaannya:
1-Apakah dibenarkan tindakan/niat Shafwan tersebut?
2-Apakah sah shalat dimasjid sementara bahannya dibangun dari hasil barang yang haram.?
Mohon tanggapannya..
JAWABAN :
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
Jawaban: No.1:
Shafwan tidak bisa dibenarkan. Sebab barang hasil curian/ghasab itu adalah haram dan tidak bisa berubah walaupun dengan tujuan baik (niat baik). Niat baik dapat berpengaruh pada hal-hal yang mubah. Seperti makan, dengan niat taqwa atau kuat ibadah bukan semata karena syahwat
( الأكل للتقوى لاللشهوة)
Niat seperti ini baik dan akan mendapat pahala.
Referensi :
إحياء علوم الدين الجزء الرابع .ص ٤٥٨
القسم الأول المعاصى وهي لاتتغير عن موضعها بالنية إلى أن قال ويبنى مدرسة أومسحدا أورباطا بمال حرام قصد الخير فهذا كله جهل والنية لاتأثر فى إخراجه عن كونه ظلما وعدوانا ومعصية.
“Bagian yang pertama adalah maksiat, yaitu yang tidak bisa berubah posisinya oleh adanya niat. …….Seseorang yang membangun sekolah, masjid atau pondok dengan harta yang haram dengan niat berbuat kebajikan, maka semuanya itu tidak berpengaruh dalam melakukannya dari perbuatan aniaya dan maksiat.
Jawaban:No.2 :
Hukum shalat di masjid yang dibangun dari barang haram adalah sah. Akan tetapi haram melakukan shalat tersebut, dan tidak mendapatkan pahala shalatnya.
Referensi :
إحياء علوم الدين الجزء الثانى ص ١٩٣
وإماالمسجد فإن بني بأرض مغصوبة أوبخشب مغصوب من مسجد آخر أو ملك معيّن فلايجوز دخوله أصلا ولا للجمعة بل لو وقف الإمام فيه فليصل وهو خلف الإمام واليقف خارج المسجد فإن الصلاة فى الأرض المغصوبة تسقط الفرض وتنعقد فى حق الإقتداء فلذلك جوّز المقتدى الإقتداء بمن صلى فى الأرض المغصوبة وإن عصى صاحبه بالوقوف فى الغصب.
“Adapun masjid yang dibangun ditanah ghasaban (milik orang lain tanpa izin) atau menggunakan kayu ghasaban dari masjid lain atau milik orang tertentu, maka sama sekali tidak boleh memasukinya dan tidak boleh pula melaksnakan shalat jum’at. Bahkan andaikata ada imam yang shalat di masjid tersebut, maka makmum hendaknya shalat dibelakangnya di luar masjid. Dengan alasan karena shalat di tanah ghasaban dapat menggugurkan kewajiban dan sah menjadi makmum orang yang shalat ditanah ghasaban tersebut. Oleh karena itu diperbolehkan seseorang bermakmum dengan imam yang shalat ditanah ghasaban walaupun si imam berdosa berada disana”.
والله أعلم بالصواب