السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI
BAB SYARAT-SYARAT SHOLAT
HADITS KE 168 :
وَعَنْ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ رضي الله عنه قَالَ : ( كُنَّا مَعَ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فِي لَيْلَةٍ مَظْلَمَةٍ فَأَشْكَلَتْ عَلَيْنَا اَلْقِبْلَةُ فَصَلَّيْنَا . فَلَمَّا طَلَعَتِ اَلشَّمْسُ إِذَا نَحْنُ صَلَّيْنَا إِلَى غَيْرِ اَلْقِبْلَةِ فَنَزَلَتْ : (فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اَللَّهِ ) أَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ وَضَعَّفَهُ
Amir Ibnu Rabi’ah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Kami pernah bersama Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam dalam suatu malam yang gelap maka kami kesulitan menentukan arah kiblat lalu kami sholat. Ketika matahari terbit ternyata kami telah sholat ke arah yang bukan kiblat maka turunlah ayat (Kemana saja kamu menghadap maka disanalah wajah Allah). Riwayat Tirmidzi. Hadits lemah menurutnya.
MAKNA HADITS :
Allah (s.w.t) menyuruh hamba-hamba-Nya menghadap kiblat ketika mengerjakannya di tempat bermukim. Untuk itu Allah (s.w.t) berfirman:
فول وجهك شطر المسجد الحرام
“…Hadapkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram….” (Surah al-Baqarah: 144).
Demikian pula semasa dalam perjalanan. Hal ini dijelaskan melalui firman-Nya:
فولوا وجوهكم شطره
“… Dan di mana saja kalian berada, palingkanlah mukamu ke arahnya….” (Surah
al-Baqarah: 144)
Namun, barang siapa yang merasa kebingungan dalam menentukan arah kiblat karena gelap, mendung atau faktor lain, maka dia wajib memperhatikan tanda-tanda yang ada di sekelilingnya dan menelitinya, kemudian solatlah dengan menghadap ke arah yang dia yakini sebagai arah kiblat. Jika kesalahan tersebut diketahui ketika masih dalam waktu solat, maka dia wajib mengulang lagi solatnya. Tetapi jika waktu solat telah lewat, maka tidak wajib baginya mengulang solat itu. Jika seseorang solat tanpa berusaha mengenal pasti terlebih dahulu arah kiblat dan ternyata dia salah dalam menentukannya, maka secara mutlak solatnya wajib diulang, baik waktu solat masih ada ataupun sebaliknya. Hadis ini berstatus dha’if; tidak dapat dijadikan sebagai hujah.
FIQH HADITS :
Sah sholat seseorang yang tidak menghadap ke arah kiblat karena gelapnya malam atau mendung yang menjadikan cuaca gelap setelah dia berusaha karena untuk mengenal pasti mengenainya. Jika setelah itu diketahui seseorang itu solat dalam keadaan tidak menghadap arah kiblat melainkan ke arah yang lain, maka solatnya tetap sah. Inilah pendapat Imam Ahmad, Imam Abu Hanifah dan Imam Malik berlandaskan kepada hadis ini.
Namun Imam Malik mengatakan, orang itu disunatkan mengulangi sholatnya selagi waktunya masih ada jika ternyata dia telah membelakangi kiblat atau menghadap ke arah timur atau ke arah barat, meskipun dia telah berusaha keras untuk mengenal pasti arah kiblat itu.
Imam Malik mengemukakan alasan untuk mendukung pendapatnya bahwa disunatkan mengulangi sholat bagi seorang yang mengerjakannya secara sendirian, kerana setelah itu dia menjumpai orang lain yang mengerjakannya dalam keadaan berjemaah dan sholat itu dikerjakan dalam waktunya. Jadi, dalam keadaan ini dia disunatkan mengulangi sholatnya berjamaah bersama mereka. Imam Malik berkata: “Jika seseorang itu miring sedikit ke kiri arah kiblat atau sedikit miring ke arah kanan kiblat, maka dia tidak perlu mengulangi sholatnya lagi, baik waktu sholat masih ada atau sebaliknya.”
Imam al-Syafi’i berkata: “Jika seseorang yang miring ke arah kiri kiblat atau sedikit miring ke arah kanan kiblat, maka sholat itu tidak sah baginya, kerana kiblat
merupakan salah satu syarat sahnya sholat.”
Wallahu a’lam bisshowab..
Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.
Semoga bermanfaat. Aamiin..