HADITS KE 120 : CARA MEMBEDAKAN WARNA DARAH

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB HAID

HADITS KE 120 :

وَعَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: ( كُنَّا لَا نَعُدُّ اَلْكُدْرَةَ وَالصُّفْرَةَ بَعْدَ اَلطُّهْرِ شَيْئًا ) رَوَاهُ اَلْبُخَارِيُّ وَأَبُو دَاوُدَ وَاللَّفْظُ لَه

Ummu Athiyyah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Kami tidak menganggap apa-apa terhadap cairah keruh dan warna kekuningan setelah suci. Riwayat Bukhari dan Abu Dawud. Lafadznya milik Abu Dawud.

MAKNA HADITS :

Darah haid adalah darah kental berwarna merah kehitam-hitaman dan telah dikenali warna dan baunya di kalangan kaum wanita.

Jika seorang wanita telah suci sesudah keluarnya al-qushshah (cairan berwarna putih yang keluar sesudah haid) atau sesudah al-jufuf (sesuatu yang digunakan untuk menyumbat rahim seperti kapas atau lain-lain lalu ia keluar dalam keadaan kering), kemudian keluar lagi darah berwarna merah kekuning-kuningan atau berwarna keruh, maka itu tidak dianggap sebagai darah haid.

Adapun darah yang keluar sebelum datangnya masa suci, baik ia berwarna merah kekuning-kuningan atau berwarna keruh dalam masa haid, maka itu dianggap haid. Ini telah diketahui oleh Nabi (s.a.w) melalui keterangan beberapa
orang kaum wanita, lalu Nabi (s.a.w) menetapkan demikian ke atas mereka.

FIQH HADITS :

Hadits ini memiliki dua pengertian, yaitu; manthuq dan mafhum.

Pengertian hadis berdasarkan manthuq (makna tersurat) ialah darah yang keluar dari rahim sesudah suci dan habisnya masa haid yang telah dimaklumi tidak dinamakan haid. Sedangkan pengertian hadits berdasarkan mafhum (makna tersirat) ialah darah yang keluar berwarna kekuning-kuningan atau berwarna keruh sebelum masa suci dikategorikan sebagai darah haid.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *