PERTANYAAN :
Assalamualaikum Ustadz..
Bagaimana hukumnya seorang muslim memakai susuk dari emas? Mohon jawabannya.
JAWABAN :
Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh..
Boleh memakai susuk dengan catatan :
1. Benar – Benar ada Tujuan yang benarkan oleh syara’, Seperti tujuan berobat dsb. ( Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi penyia nyiaan harta)
2. Tidak membahayakan tubuh atau akal ( Hal ini sudah maklum, dalam bab makanan ulamak mufakat bahwa apapun itu maka boleh dikonsumsi angsal tidak berdampak buruk pada badan/akal baik mendatangkan manfaat atau tidak, Seperti batu/krikil).
Referensi:
Hasyiyah al-Bujairomi ala al-Khathiib I/362
فَرْعٌ : وَقَعَ السُّؤَالُ عَنْ دَقِّ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَأَكْلِهِمَا مُفْرَدَيْنِ أَوْ مَعَ انْضِمَامِهِمَا لِغَيْرِهِمَا مِنْ الْأَدْوِيَةِ هَلْ يَجُوزُ ذَلِكَ كَغَيْرِهِ مِنْ سَائِرِ الْأَدْوِيَةِ أَمْ لَا يَجُوزُ لِمَا فِيهِ مِنْ إضَاعَةِ الْمَالِ ؟ فَأَجَبْت عَنْهُ بِقَوْلِي : إنَّ الظَّاهِرَ أَنْ يُقَالَ فِيهِ إنَّ الْجَوَازَ لَا شَكَّ فِيهِ حَيْثُ تَرَتَّبَ عَلَيْهِ نَفْعٌ ، بَلْ وَكَذَا إنْ لَمْ يَحْصُلْ مِنْهُ ذَلِكَ لِتَصْرِيحِهِمْ فِي الْأَطْعِمَةِ بِأَنَّ الْحِجَارَةَ وَنَحْوَهَا لَا يَحْرُمُ مِنْهَا إلَّا مَا أَضَرَّ بِالْبَدَنِ أَوْ الْعَقْلِ .
وَأَمَّا تَعْلِيلُ الْحُرْمَةِ بِإِضَاعَةِ الْمَالِ فَمَمْنُوعٌ لِأَنَّ الْإِضَاعَةَ إنَّمَا تَحْرُمُ حَيْثُ لَمْ تَكُنْ لِغَرَضٍ وَمَا هُنَا لِقَصْدِ التَّدَاوِي وَصَرَّحُوا بِجَوَازِ التَّدَاوِي بِاللُّؤْلُؤِ فِي الِاكْتِحَالِ وَغَيْرِهِ ، وَرُبَّمَا زَادَتْ قِيمَتُهُ عَلَى الذَّهَبِ ع ش عَلَى م ر .
CABANG
Ada pertanyaan tentang melebur emas atau perak dan memakannya secara langsung atau dengan benda lainnya dari obat-obatan, bolehkah perbuatan semacam ini sebagaimana diperbolehkan bentuk-bentuk pengobatan lainnya, ataukah tidak boleh karena didalamnya mengandung unsur ‘menyia-nyiakan harta’ ?
Jawabanku:
“secara zhahir hal ini semestinya dikatakan boleh karena didalamnya terdapat kemanfaatan, bahkan sekalipun tidak terjadi manfaatpun karena penjelasan ulama dalam bab makanan bahwa memakan batu dan sejenisnya tidak haram kecuali bila berdampak buruk pada tubuh atau akal.
Sedangkan menghukumi haram dengan alasan ‘menyia-nyiakan harta’ dilarang, sesungguhnya hal itu apabila tanpa ada tujuan, sedang dalam masalah ini terdapat tujuan untuk pengobatan, para ulama menjelaskan bolehnya berobat memakai mutiara yang dipakai buat celak, sedangkan keberadaan mutiara harganya melebihi emas (Hasyiyah al-Bujairomi ala al-Khathiib I/362).
Kemudian dalam kitab dibawah juga dijelaskan:
Memasangkan susuk pada anggota tubuh itu dalam uruf tidak tergolong kategori memakai (اللبس), sehingga jauh sekali jika dikatakan ini adalah bab Pemakaian hiasan, dengan konsekwensi hukum dalam bab pemakaian, sebab susuk berada didalam daging atau dibawahnya kulit, Juga tidak tergolong kategori bertato, sebab dalam hal ini ( susuk) tidak ada unsur darah yang nampak sebagaimana dalam praktek bertato.
مسئلة : هل يحرم لبس ابرة الذهب أو الفضة المغروزة تحت الجلد لأن بعض الناس لبسه للتزن وبعضهم للقوة وبعضهم للتداوى وبعضهم لغير ذلك؟
الجواب لا يحرم لأنه لا يعد لبسا عرفا ولأنها مستورة.
وأما التعليل بأنه للتزين أو غيره فلا يمنع جوازه لأنه باعتبار القصد فإن قصد به المعصية حرم من جهة المعصية لا من جهة اللبس ألا ترى أن الأكل إذا قصد منه المعصية صار حراما من جهتها لا من جهته
الكردي فى الكبرى التى فى هامش الترمس ج ١ ص ٢٠٧
فإن قلتم اليس هذا من الوشم لأن البرة تنجست بالدم قلنا ليس منه لعدم ظهور الدم .
وفرق بين الشوكة الوشم بأن الدم فى الوشم ظهر واختلط بأجنبي بخلافه فى الشوكة انتهى
.
ولا يخفى أن الشوكة إذا استتر جميعهما صارت فى حكم الباطن انتهى والله أعلم.
Faktor external dalam menggunakan susuk juga diperhitungkan, Sebab terkadang ada sebagian bertujuan mahabbah, atau berkeyakinan akan memperkuat tubuh ada pula penglaris dagangan maka hal yang demikian bisa, boleh boleh saja Apabila Pemakai susuk beri’tiqod bahwa المؤثر adalah Allah SWT, sementara Susuk bagian dari asbab.
تحفة المريد ص : 58
فمن اعتقد أن الأسباب العادية كالنار والسكين والأكل والشرب تؤثر فى مسبباتها الحرق والقطع والشبع والرى بطبعها وذاتها فهو كافر بالإجماع أو بقوة خلقها الله فيها ففى كفره قولان والأصح أنه ليس بكافر بل فاسق مبتدع ومثل القائلين بذلك المعتزلة القائلون بأن العبد يخلق أفعال نفسه الإختيارية بقدرة خلقها الله فيه فالأصح عدم كفرهم ومن اعتقد المؤثر هو الله لكن جعل بين الأسباب ومسبباتها تلازما عقليا بحيث لا يصح تخلفها فهو جاهل وربما جره ذلك إلى الكفر فإنه قد ينكر معجزات الأنبياء لكونها على خلاف العادة ومن اعتقد أن المؤثر هو الله وجعل بين الأسباب والمسببات تلازما عادي بحيث يصح تخلفها فهو المؤمن الناجى إن شاء الله إهـ
“Barangsiapa berkeyakinan segala sesuatu terkait dan tergantung pada sebab dan akibat seperti api menyebabkan membakar, pisau menyebabkan memotong, makanan menyebabkan kenyang, minuman menyebabkan segar dan lain sebagainya dengan sendirinya (tanpa ikut campur tangan Allah) hukumnya kafir dengan kesepakatan para ulama,
atau berkeyakinan terjadi sebab kekuatan (kelebihan) yang diberikan Allah didalamnya menurut pendapat yang paling shahih tidak sampai kufur tapi fasiq dan ahli bidah seperti pendapat kaum mu’tazilah yang berkeyakinan bahwa seorang hamba adalah pelaku perbuatannya sendiri dengan sifat kemampuan yang diberikan Allah pada dirirnya,
atau berkeyakinan yang menjadikan hanya Allah hanya saja segala sesuatu terkait sebab akibatnya secara rasio maka dihukumi orang bodoh
atau berkeyakinan yang menjadikan hanya Allah hanya saja segala sesuatu terkait sebab akibatnya secara kebiasaan maka dihukumi orang mukmin yang selamat, Insya Allah”. [ Tuhfah alMuriid 58 ].
Wallaahu A’lamu Bis Showaab..