السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI
BAB TENTANG MANDI DAN JUNUB
HADITS KE 105 :
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( إِنِّي لَا أُحِلُّ اَلْمَسْجِدَ لِحَائِضٍ وَلَا جُنُبٌ ) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَة
Dari ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya aku tidak menghalalkan masjid bagi orang yang sedang haid dan junub.” Riwayat Abu Dawud dan hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah.
MAKNA HADITS :
Masjid adalah rumah Allah yang mesti dimuliakan, disucikan dan dipelihara dari najis dan kotoran. Oleh sebab itu, syariat melarang wanita yang sedang haid duduk di dalam masjid, kerana dikawatiri darahnya menites hingga masjid menjadi tercemar dan najis. Syariat pun melarang orang yang junub mendekati (memasuki) tempat sholat (masjid) sebelum dia bersuci dari junub.
FIQH HADITS :
Wanita haid dan orang junub dilarang tinggal di dalam masjid. Namun orang
yang junub diperbolehkan melintasnya menurut Imam al-Syafi’i dan Imam Ahmad dengan berlandaskan kepada firman Allah (s.w.t):
(ولا جنبا الا عابري سبيل… (النساء :٤٣
“… Dan (jangan pula hampiri masjid) sedangkan kamu dalam keadaan junub, kecuali sekadar berlalu sahaja…” (Surah al-Nisa‟: 43)
Imam Abu Hanifah mengatakan bahwa orang yang junub dan haid haram
memasuki masjid, meskipun hanya sekedar melewatinya.
Imam Malik mengatakan bahwa orang yang junub tidak boleh melintas di dalam masjid secara mutlak, kecuali kerana dalam keadaan darurat, namun itu pun dia hendaklah berwuduk terlebih dahulu.
Imam Malik melandaskan pendapatnya dengan dalil hadis bab ini dan mengatakan bahwa makna hadits ini bersifat umum.
Imam Abu Hanifah mengatakan bahwa wanita haid dan nifas dilarang
memasuki masjid, sama halnya dengan orang yang berjunub.
Imam Malik mengatakan hal yang sama, namun beliau membolehkan keduanya memasuki masjid kerana dalam keadaan darurat, seperti jiwa atau harta bendanya dalam keadaan terancam.
Imam al-Syafi’i dan Imam Ahmad mengatakan mereka boleh lewat di dalam masjid jika dapat menjamin masjid tidak akan tercemar/tertetes oleh darahnya.
Sedangkan Imam al-Syafi’i melarang mereka menetap di dalam masjid secara mutlak. Tetapi Imam Ahmad membolehkan mereka tinggal di dalamnya apabila darahnya terhenti namun orang itu hendaklah berwuduk terlebih dahulu.
Wallahu a’lam bisshowab..
Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.
Semoga bermanfaat. Aamiin..