PERTANYAAN :
Assalamu alaikum ustadz..
1. Bagaimana hukumnya bunuh diri disertai dengan ibarotnya?
2. Bagaimana status orang mati bunuh diri apakah dia mati kafir atau islam?
3. Bagaimana hukum mensholati dan menguburkan orang yang mati bunuh diri?
JAWABAN :
Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh..
1. HUKUM BUNUH DIRI :
Bunuh diri adalah dosa besar. Tidak selayaknya orang islam mengerjakan hal tersebut karena termasuk orang yang merasa putus asa terhadap Rahmat Allah.
Untuk menghadapi musibah dan ujian itu PANTANG BAGI SEORANG MUSLIM BERPUTUS ASA, hal ini dikarenakan beberapa hal:
a. Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam melarang berputus asa
{ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ } [يوسف: 87]
Artinya: “dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. QS. Yusuf: 87.
{قَالُوا بَشَّرْنَاكَ بِالْحَقِّ فَلَا تَكُنْ مِنَ الْقَانِطِينَ} [الحجر: 55]
Artinya: “Mereka menjawab: “Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa.” QS. Al Hijr: 55.
Dan telah terdapat larangan untuk berputus asa dalam perihal mencari rezeki dan penghasilan untuk hidup di dunia serta disebabkan kemiskinan dan kebutuhan serta datangnya musibah yang menimpa.
{وَإِذَا أَذَقْنَا النَّاسَ رَحْمَةً فَرِحُوا بِهَا وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ إِذَا هُمْ يَقْنَطُونَ (36) أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ} [الروم: 36، 37]
Artinya: “Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa sesuatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa.” “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan (rezeki itu). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman.” QS. Ar Rum: 36-37.
Dan juga terdapat larangan untuk berputus asa dari mendapatkan ampunan dan penghapusan dosa-dosa.
{ قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ } [الزمر: 53]
Artinya: “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. Az Zumar: 53.
Syaikh Abdurrahman bin NAshir As Sa’di rahimahullah berkata:
{ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ } أي: لا تيأسوا منها، فتلقوا بأيديكم إلى التهلكة، وتقولوا قد كثرت ذنوبنا وتراكمت عيوبنا، فليس لها طريق يزيلها ولا سبيل يصرفها، فتبقون بسبب ذلك مصرين على العصيان، متزودين ما يغضب عليكم الرحمن، ولكن اعرفوا ربكم بأسمائه الدالة على كرمه وجوده، واعلموا أنه يغفر الذنوب جميعا من الشرك، والقتل، والزنا، والربا، والظلم، وغير ذلك من الذنوب الكبار والصغار.
Artinya: “{ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ } (Janganlah kalian qunuth dari rahmat Allah) maksudnya yaitu janganlah kalian berputus asa darinya, maka kalian akan menyeburkan dengan tangan-tangan kalian kepada kehancuran, dan kalian akan mengatakan: “Sungguh telah banyak dosa kami dan bertumpuk kesalahan kami”, dan tidak ada jalan yang menghilangkannya, tidak ada jalan yang merubahnya, maka akhirnya kalian akan tetap (seperti itu) dengan sebab demikian kalian akan terus-menerus dalam maksiat, menambahkan apa yang dimurkai oleh Allah Yang Maha Pengasih atas kalian, akan tetapi kenalilah Rabb kalian dengan Nama-Nama-Nya yang menunjukkan atas kemurahn dan pemberian-Nya, dan ketauhilah bahwa Dia mengampuni seluruh dosa dari kesyirikan, pembbunuhan, zina, riba, kelaliman dan selainnya berupa dosa- besar dan kecil.” Lihat tafsir As Sa’di dalam tafsir surat Az Zumar ayat: 53.
b. Putus asa adalah sifat khusus orang kafir dan lalim
{ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ } [يوسف: 87]
Artinya: “dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. QS. Yusuf: 87.
قَالَ وَمَنْ يَقْنَطُ مِنْ رَحْمَةِ رَبِّهِ إِلَّا الضَّالُّونَ (56)} [الحجر: 56].
Artinya: “Ibrahim berkata: “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat”. QS. Al Hijr: 56.
Jika diperhatikan redaksi dua ayat di atas, maka akan di dapati di dalam surat yusuf ayat 83, Allah ta’ala menyebutkan peniadaan terlebih dahulu (إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ) kemudian di akhiri dengan pengecualian (إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ ) dan hal ini biasanya dalam bahasa Arab menunjukkan kepada kekhususan.
Dan di dalam surat Al Hijr ayat 56: Allah Ta’ala menyebutkan Syarat terlebih dahulu (وَمَنْ يَقْنَطُ مِنْ رَحْمَةِ رَبِّهِ) dan diahkiri dengan pengecualian (إِلَّا الضَّالُّونَ) dan hal ini biasanya dalam bahasa Arab juga menunjukkan kepada kekhususan.
c. Semakin sulit ujian dan musibah, berarti semakin dekat jalan keluar dan pasti ada jalan keluar dari kesulitan dan ujian tersebut!!!.
{ لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا } [الطلاق: 7]
Artinya: “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” QS. Ath Thalaq: 7.
{ وَهُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهُ } الشورى : 28 .
Artinya: “Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.” QS. Asy Syura: 28.
{ حَتَّى إِذَا اسْتَيْأَسَ الرُّسُلُ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ قَدْ كُذِبُوا جَاءهُمْ نَصْرُنَا } سورة يوسف 110
Artinya: “Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami daripada orang-orang yang berdosa.” Qs. Yusuf: 110.
{ حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللهِ أَلا إنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ } سورة البقرة 214
Artinya: “…sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” QS. Al Baqarah: 214.
{فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6)} [الشرح: 5، 6]
Artinya: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”, “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” QS. Asy Syarh: 5-6.
Ibnu Rajab Al Hanbali rahimahullah berkata:
أنَّ أبا عبيدة حُصِرَ فكتب إليه عمرُ يقول : مهما ينْزل بامرئٍ شدَّةٌ يجعل الله بعدها فرجاً ، وإنَّه لن يَغلِبَ عسرٌ يُسرين
“Bahwa Abu Ubaidah ketika dikepung (oleh musuh), lalu ia menulis surat kepada Umar radhiyallahu ‘anhu: “Kesulitan apapun yang didapati oleh seseorang maka Allah akan menjadikan setelahnya kemudahan, dan sesungguhnya tidak akan pernah menang satu kesulitan melawab dua kemudahan.” Lihat kitab Jami’ Al ‘Ulum wa Al Hikam, 21/40.
PERNYATAAN RASULULLAH KEPADA SEORANG SAHABAT YANG PERNAH MATI BUNUH DIRI :
Ada sebuah kejadian dalam perang Hunain, yang terjadi setelah Penaklukan Kota Makkah (Fathul Makkah). Memang, setelah Makkah jatuh ke tangan kaum Muslimin, banyak sekali orang yang memeluk Islam, baik dari masyarakat Makkah sendiri, atau dari beberapa kabilah lain yang tinggal di sekitar Kota Makkah. Tentu saja motivasi keislaman dari sekian banyak orang itu berbeda-beda, ada yang benar-benar tulus, tetapi ada juga yang ikut-ikutan saja, atau mencari selamat, atau bahkan mencari keuntungan ‘duniawiah’ dengan islamnya tersebut.
Ketika akan berlangsungnya perang Hunain tersebut, tiba-tiba Nabi SAW bersabda tentang seorang lelaki muslim yang ikut berjuang di peperangan tersebut, “Orang itu termasuk ahli neraka (akan masuk neraka)!!”
Pertempuran berkecamuk dengan hebatnya, pasukan muslim sempat terdesak, tetapi lelaki tersebut tetap berjuang dengan perkasa tanpa sedikitpun rasa takut. Walau luka-luka di tubuhnya makin banyak, ia terus saja menerjang barisan musuh tanpa gentar.Ada seorang sahabat yang datang kepada Nabi SAW dan berkata, “Wahai Rasulullah, lelaki yang engkau katakan sebagai ahli neraka itu berjuang fisabilillah dengan mati-matian hingga ia terluka parah!!”
Tetapi sekali lagi Nabi SAW bersabda, “Ia akan masuk neraka!!”
Hampir saja para sahabat ragu dengan pernyataan Rasulullah SAW tersebut. Ketika perang usai dan kemenangan berada di tangan kaum muslimin, lelaki itu dalam keadaan luka parah. Karena begitu banyak luka-luka yang dialaminya, ia merasakan sakit yang tidak terkira. Mungkin ketika sibuk berperang, ia tidak merasakan sakitnya itu. Karena tidak tahan dan tidak mampu bersabar dengan rasa sakitnya itu, ia bunuh diri. Ia menancapkan gagang pedangnya di tanah, dan menempatkan ujung pedang di dadanya, kemudian menjatuhkan diri sehingga tembus dan ia mati seketika.
Para sahabat mendatangi Nabi SAW dan berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh benar apa yang engkau katakan. Lelaki itu bunuh diri karena tidak mampu menahan rasa sakitnya!!”
Sebagian riwayat menyebutkan, ketika Nabi SAW menyebutkan bahwa lelaki itu adalah penghuni neraka, ada seseorang yang belum memeluk Islam ingin membuktikannya. Ia mengamati dan mengikuti lelaki itu kemanapun lelaki itu bergerak. Seperti kebanyakan sahabat lainnya, ia juga sempat ragu dan bahkan ‘menertawakan’ pendapat Nabi SAW, apalagi ketika pasukan muslim memperoleh kemenangan. Tetapi ketika lelaki itu ternyata bunuh diri, ia segera menghadap Nabi SAW dan berkata, “Saya bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah!!”
Kemudian ia membaca syahadat menyatakan diri memeluk Islam. Nabi SAW berkata, “Apakah yang terjadi??”
Lelaki itu menceritakan apa yang dilakukannya, dan beliau menanggapinya dengan gembira. Kemudian Nabi SAW memanggil Bilal dan berkata, “Wahai Bilal, bangkitlah dan umumkan bahwa tidak akan masuk surga kecuali orang yang benar-benar beriman. Dan ada kalanya Allah membela agama (Islam) ini dengan seorang lelaki yang faajir!!”
Faajir adalah kebalikan dari takwa, yang bisa dimaknakan sebagai kefasikan (tetap muslim tetapi durhaka), atau bisa juga ditafsirkan sebagai kekafiran yang akan kekal di neraka. Hal ini tercantum dalam surat asy Syam ayat 8 : فألهمها فجورها وتقواها. yang artinya : Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
2. STATUS ORANG MATI BUNUH DIRI :
Orang bunuh diri masuk ke dalam kehendak Allah, tidak bisa langsung divonis kafir dan masuk neraka, sebagaimana dijelaskan di kitab syarah Nawawi ‘ala muslim (1/299) :
باب الدليل على أن قاتل نفسه لا يكفر
عَنْ جَابِرٍ اَنَّ الطُّفَيْلَ بْنَ عَمْرٍو الدَّوْسِيَّ اَتَى النَّبِيَّ ص فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، هَلْ لَكَ فِى حِصْنٍ حَصِيْنٍ وَ مَنْعَةٍ؟ (قَالَ حِصْنٌ كَانَ لِدَوْسٍ فِى اْلجَاهِلِيَّةِ) فَاَبَى ذلِكَ النَّبِيُّ ص لِلَّذِى ذَخَرَ اللهُ لِـْلاَنْصَارِ. فَلَمَّا هَاجَرَ النَّبِيُّ ص اِلَى اْلمَدِيْنَةِ هَاجَرَ اِلَيْهِ الطُّفَيْلُ بْنُ عَمْرٍو وَ هَاجَرَ مَعَهُ رَجُلٌ مِنْ قَوْمِهِ. فَاجْتَوَوُا اْلمَدِيْنَةَ فَمَرِضَ فَجَزِعَ فَاَخَذَ مَشَاقِصَ لَهُ، فَقَطَعَ بِهَا بَرَاجِمَهُ، فَشَخَبَتْ يَدَاهُ حَتَّى مَاتَ. فَرَآهُ الطُّفَيْلُ بْنُ عَمْرٍو فِى مَنَامِهِ. فَرَآهُ وَ هَيْئَتُهُ حَسَنَةٌ. وَ رَآهُ مُغَطِّيًا يَدَيْهِ فَقَالَ لَهُ: مَا صَنَعَ بِكَ رَبُّكَ؟ فَقَالَ غَفَرَلِى بَهِجْرَتِى اِلَى نَبِيِّهِ ص. فَقَالَ: مَا لِى اَرَاكَ مُغَطِّيًا يَدَيْكَ؟ قَالَ قِيْلَ لِى. لَنْ نُصْلِحَ مِنْكَ مَا اَفْسَدْتَ. فَقَصَّهَا الطُّفَيْلُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ ص. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. اَللّهُمَّ وَ لِيَدَيْهِ فَاغْفِرْ. مسلم
Bab tentang dalil bahwa orang yang membunuh dirinya tidak dihukumi kafir
Dari Jabir, bahwa Ath-Thufail bin Amr Ad-Dausiy datang kepada Nabi shollallohu alaihi wasallam lalu berkata, “Ya Rasulullah, apakah engkau mau berada dalam benteng yang kokoh dan kuat ?”. (Benteng itu milik keluarga Daus di zaman Jahiliyah). Rasulullah shollallohu alaihi wasallam menolak untuk itu, karena sudah ada yang disimpankan Allah pada golongan Anshar. Ketika Nabi shollallohu alaihi wasallam hijrah ke Madinah, Ath-Thufail bin Amr juga hijrah ke sana disertai seseorang dari kaumnya. Ternyata mereka tidak kerasan tinggal di Madinah. Kemudian orang yang menyertai Ath-Thufail bin Amr tersebut sakit. Dia tidak sabar dengan sakitnya, maka diambilnya anak panah bermata lebar miliknya. Dengan itu dia potong ruas-ruas jarinya, sehingga kedua tangannya mengalirkan darah dengan deras, sehingga mati.
Suatu hari Ath-Thufail bin Amr memimpikan orang itu. Dalam mimpinya Ath-Thufail melihat orang tersebut dalam keadaan baik, tetapi dia menutupi kedua tangannya. Lalu Ath-Thufail bertanya, “Apa tindakan Tuhanmu terhadapmu ?”. Orang itu menjawab, “Dia mengampuniku karena hijrahku kepada Nabi-Nya shollallohu alaihi wasallam”.Ath-Thufail bertanya lagi, “Kenapa aku lihat engkau menutupi kedua tanganmu ?”.Orang itu menjawab, “Dikatakan kepadaku : “Kami tidak akan memperbaiki dirimu apa yang telah engkau rusak”.Kemudian Ath-Thufail menceritakan mimpinya kepada Rasulullah shollallohu alaihi wasallam lalu beliau berdoa, “Ya Allah, untuk kedua tangannya, maka ampunilah dia”. (HR. Muslim).
– Penjelasan imam Nawawy :
أما أحكام الحديث ففيه حجة لقاعدة عظيمة لأهل السنة أن من قتل نفسه أو ارتكب معصية غيرها ومات من غير توبة فليس بكافر ، ولا يقطع له بالنار ، بل هو في حكم المشيئة . وقد تقدم بيان القاعدة وتقريرها . وهذا الحديث شرح للأحاديث التي قبله الموهم ظاهرها تخليد قاتل النفس وغيره من أصحاب الكبائر في النار ، وفيه إثبات عقوبة بعض أصحاب المعاصي فإن هذا عوقب في يديه ففيه رد على المرجئة القائلين بأن المعاصي لا تضر . والله أعلم .
Adapun hukum-hukum dalam hadis ini, maka di dalamnya terdapat hujjah bagi kaedah yang agung untuk kelompok ahlus sunnah wal jama’ah bahwa orang yang membunuh dirinya atau melakukan maksiyat lainnya kemudian meninggal tanpa bertaubat maka tidak dihukumi kafir dan tidak dipastikan masuk neraka, tetapi dia masuk kedalam hukum kehendak Allah. Dan hadis ini adalah penjelasan bagi hadis-hadis sbelumnya yang disalah pahami makna dhohirnya, yaitu langgengnya orang yang bunuh diri dan pemilik dosa besar di dalam neraka. Dalam hadis juga ada penetapan hukuman bagi sebagian orang yang bermaksiyat, karena orang ini dihukum sebab kedua tangannya.dalam hadia terdapat penolakan terhadap kaum murji’ah yang berpendapat bahwa maksiyat itu tidak membahayakan.
Orang yang mati bunuh diri tidak mengeluarkan dia dari islam. Dan seandainya dia masuk neraka maka dia tidak akan kekal di dalam nya.
دار الإفتاء المصرية.
– حكم الانتحار:الانتحار حرام شرعا لما ثبت في كتاب الله وسنة النبي -صلى الله عليه وسلم وإجماع المسلمين على حرمة الانتحار فالمنتحر وقع في كبيرة من عظائم الذنوب وكبائرها إلا أنه مع وقوعه في هذه الكبيرة لا يخرج عن الملة ويظل على إسلامه.
Dalam menyikapi hadits :
ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ -ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ- ﻗﺎﻝ: ﻛﺎﻥ ﺑﺮﺟﻞ ﺟﺮاﺡ ﻓﻘﺘﻞ ﻧﻔﺴﻪ ﻓﻘﺎﻝ اﻟﻠﻪ: ﺑﺪﺭﻧﻲ ﻋﺒﺪﻱ ﺑﻨﻔﺴﻪ ﺣﺮﻣﺖ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺠﻨﺔ. رواه البخاري ١٣٦٤.
Atau hadits :
ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: ﻣﻦ ﻗﺘﻞ ﻧﻔﺴﻪ ﺑﺤﺪﻳﺪﺓ ﻓﺤﺪﻳﺪﺗﻪ ﻓﻲ ﻳﺪﻩ ﻳﺘﻮﺟﺄ ﺑﻬﺎ ﻓﻲ ﺑﻄﻨﻪ ﻓﻲ ﻧﺎﺭ ﺟﻬﻨﻢ ﺧﺎﻟﺪا ﻣﺨﻠﺪا ﻓﻴﻬﺎ ﺃﺑﺪا وﻣﻦ ﺷﺮﺏ ﺳﻤﺎ ﻓﻘﺘﻞ ﻧﻔﺴﻪ ﻓﻬﻮ ﻳﺘﺤﺴﺎﻩ ﻓﻲ ﻧﺎﺭ ﺟﻬﻨﻢ ﺧﺎﻟﺪا ﻣﺨﻠﺪا ﻓﻴﻬﺎ ﺃﺑﺪا ﻭﻣﻦ ﺗﺮﺩﻯ ﻣﻦ ﺟﺒﻞ ﻓﻘﺘﻞ ﻧﻔﺴﻪ ﻓﻬﻮ ﻳﺘﺮﺩﻯ ﻓﻲ ﻧﺎﺭ ﺟﻬﻨﻢ ﺧﺎﻟﺪا ﻣﺨﻠﺪا ﻓﻴﻬﺎ ﺃﺑﺪا. رواه مسلم ١٧٥.
Seandainya ada mengatakan dengan hanya ma’na dzohir hadits nya saja maka akan ta’arudh(berbenturan dengan ayat atau hadits yang lain yang menyatakan bahwa setiap muslim itu akan masuk surga walaupun mampir dulu di neraka)
Ta’arudh dengan ayat :
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. Surah An-Nisa’ (4:48).
Dan juga ta’arudh dengan hadits :
ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺫﺭ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ: ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: ﺃﺗﺎﻧﻲ ﺁﺕ ﻣﻦ ﺭﺑﻲ ﻓﺄﺧﺒﺮﻧﻲ ﺃﻭ ﻗﺎﻝ: ﺑﺸﺮﻧﻲ ﺃﻧﻪ:ﻣﻦ ﻣﺎﺕ ﻣﻦ ﺃﻣﺘﻲ ﻻ ﻳﺸﺮﻙ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﺷﻴﺌﺎ ﺩﺧﻞ اﻟﺠﻨﺔ ﻗﻠﺖ: ﻭﺇﻥ ﺯﻧﻰ ﻭﺇﻥ ﺳﺮﻕ؟ ﻗﺎﻝ: ﻭﺇﻥ ﺯﻧﻰ ﻭﺇﻥ ﺳﺮق . رواه البخاري ١٢٣٧.
Juga hadits :
ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺳﻔﻴﺎﻥ ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ ﻗﺎﻝ: ﺃﺗﻰ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺭﺟﻞ ﻓﻘﺎﻝ: ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﻣﺎ اﻟﻤﻮﺟﺒﺘﺎﻥ؟ ﻓﻘﺎﻝ: ﻣﻦ ﻣﺎﺕ ﻻ ﻳﺸﺮﻙ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﺷﻴﺌﺎ ﺩﺧﻞ اﻟﺠﻨﺔ، ﻭﻣﻦ ﻣﺎﺕ ﻳﺸﺮﻙ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﺷﻴﺌﺎ ﺩﺧﻞ اﻟﻨﺎﺭ.رواه مسلم ١٥١.
Juga hadits mutawatir :
من شهد أن لا إله إلا الله وجبت له الجنة.
Sebagaimana tercantum dalam kitab :
الأخبار المتواترة للإمام السيوطي ص ٣١.
Kesimpulan :
Jadi orang yang bunuh diri itu tidak kekal di neraka jika tidak menghalalkan pekerjaannya itu. Adapun hadits hadits yang dzohirnya kekal di neraka itu masih banyak ta’wilan ulama mengenai nya sebagai mana yang telah dibahas di atas. Berikut beberapa ta’wilan agak serupa dengan imam nawawi oleh imam qustolani dalam syarah bukhorinya irsyadu sari. Mengenai hadits :
ﻓﻘﺎﻝ اﻟﻠﻪ: ﺑﺪﺭﻧﻲ ﻋﺒﺪﻱ ﺑﻨﻔﺴﻪ ﺣﺮﻣﺖ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺠﻨﺔ . رواه البخاري ١٣٦٤.
Adalah :
1. kekal jika : menghalalkan tindakan bunuh diri tsb.
2. tidak masuk surga dengan orang orang yang terlebih dahulu masuk surga artinya dia masuk belakangan.
3. diharamkan bagi dia surga tertentu seperti surga ‘adn.
4. imam nawawi menambahkan : bisa saja yang dimaksud hadits ini adalah menjadi kufurnya orang yang bunuh diri atau melakukan dosa besar di umat umat dulu. Wallohu a’lam bis showab.
إرشاد الساري ج ٢ ص ٤٥٧.
ﻓﻘﺎﻝ اﻟﻠﻪ) ﻋﺰ ﻭﺟﻞ: (ﺑﺪﺭﻧﻲ ﻋﺒﺪﻱﺑﻨﻔﺴﻪ) ﺃﻱ: ﻟﻢ ﻳﺼﺒﺮ ﺣﺘﻰ ﺃﻗﺒﺾ ﺭﻭﺣﻪ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺳﺒﺐ ﻟﻪ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﺑﻞ اﺳﺘﻌﺠﻞ ﻭﺃﺭاﺩ ﺃﻥ ﻳﻤﻮﺕ ﻗﺒﻞ اﻷﺟﻞ اﻟﺬﻱ ﻟﻢ ﻳﻄﻠﻌﻪ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﺎﺳﺘﺤﻖ اﻟﻤﻌﺎﻗﺒﺔ اﻟﻤﺬﻛﻮﺭﺓ ﻓﻲ ﻗﻮﻟﻪ: (ﺣﺮﻣﺖ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺠﻨﺔ) ﻟﻜﻮﻧﻪ ﻣﺴﺘﺤﻼ ﻟﻘﺘﻞ ﻧﻔﺴﻪ ﻓﻌﻘﻮﺑﺘﻪ ﻣﺆﺑﺪﺓ ﺃﻭ ﺣﺮﻣﺘﻬﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻲ ﻭﻗﺖ ﻣﺎ ﻛﺎﻟﻮﻗﺖ اﻟﺬﻱ ﻳﺪﺧﻞ ﻓﻴﻪ اﻟﺴﺎﺑﻘﻮﻥ ﺃﻭ: اﻟﻮﻗﺖ اﻟﺬﻱ ﻳﻌﺬﺏ ﻓﻴﻪ اﻟﻤﻮﺣﺪﻭﻥ ﻓﻲ اﻟﻨﺎﺭ ﺛﻢ ﻳﺨﺮﺟﻮﻥ، ﺃﻭ: ﺣﺮﻣﺖ ﻋﻠﻴﻪ ﺟﻨﺔ ﻣﻌﻴﻨﺔ ﻛﺠﻨﺔ ﻋﺪﻥ ﻣﺜﻼ، ﺃﻭ ﻭﺭﺩ ﻋﻠﻰ ﺳﺒﻴﻞ اﻟﺘﻐﻠﻴﻆ ﻭاﻟﺘﺨﻮﻳﻒ ﻓﻈﺎﻫﺮﻩ ﻏﻴﺮ ﻣﺮاﺩ. ﻗﺎﻝ اﻟﻨﻮﻭﻱ: ﺃﻭ ﻳﻜﻮﻥ ﺷﺮﻉ ﻣﻦ ﻣﻀﻰ ﺃﻥ ﺃﺻﺤﺎﺏ اﻟﻜﺒﺎﺋﺮ ﻳﻜﻔﺮﻭﻥ ﺑﻬﺎ.
3. MENSHOLATI DAN MENGUBURKAN ORANG MATI BUNUH DIRI :
a. Boleh mensholati orang yang mati bunuh diri. Dalam shahih Muslim 3/66, maktabah syamilah :
حدثنا عون بن سلام الكوفي أخبرنا زهير عن سماك عن جابر بن سمرة قال أتي النبي صلى الله عليه وسلم برجل قتل نفسه بمشاقص فلم يصل عليه
AN JAABIR IBN SAMURAH QAALA UTIYA ANNABIYYU SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM BIRAJULIN QATALA NAFSAHUU BIMASYAAQISHA FALAM YUSHALLI ‘ALAIHI.
Dari Jabir Ibnu Samurah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Pernah dibawa kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam seorang laki-laki yang mati bunuh diri dengan anak panah bermata lebar, maka beliau tidak menyolatkannya. Imam Nawawi dalam syarahnya 7/47, maktabah syamilah :
قوله ( أتى النبي صلى الله عليه و سلم برجل قتل نفسه بمشاقص فلم يصل عليه ) المشاقص سهام عراض واحدها مشقص بكسر الميم وفتح القاف وفي هذا الحديث دليل لمن يقول لا يصلى على قاتل نفسه لعصيانه وهذا مذهب عمر بن عبد العزيز والأوزاعي وقال الحسن والنخعى وقتادة ومالك وأبو حنيفة والشافعي وجماهير العلماء يصلى عليه وأجابوا عن هذا الحديث بأن النبي صلى الله عليه و سلم لم يصل عليه بنفسه زجرا للناس عن مثل فعله وصلت عليه الصحابة وهذا كما ترك النبي صلى الله عليه و سلم الصلاة في أول الأمر على من عليه دين زجرا لهم عن التساهل في الاستدانة وعن اهمال وفائه وأمر أصحابه بالصلاة عليه فقال صلى الله عليه و سلم صلوا على صاحبكم قال القاضي مذهب العلماء كافة الصلاة على كل مسلم ومحدود ومرجوم وقاتل نفسه وولد الزنى وعن مالك وغيره أن الامام يجتنب الصلاة على مقتول في حد
Fokus :
وفي هذا الحديث دليل لمن يقول لا يصلى على قاتل نفسه لعصيانه وهذا مذهب عمر بن عبد العزيز والأوزاعي
WA FII HAADZAL HADIITSI DALIILUN LIMAN YAQUULU LAAYUSHALLAA ‘ALAA QAATILI NAFSIHII LI’ISHYAANIHII, WA HAADZAA MADZHABU ‘UMAR IBN ‘ABDIL AZIIZ WAL AUZAA’IYYI.
Hadits ini sebagai dalil ulama yang berpendapat orang yang mati bunuh diri tidak dishalatkan karena perbuatan maksiatnya. Ini adalah madzhab ‘Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz dan al Auzaa’i
وقال الحسن والنخعى وقتادة ومالك وأبو حنيفة والشافعي وجماهير العلماء يصلى عليه وأجابوا عن هذا الحديث بأن النبي صلى الله عليه و سلم لم يصل عليه بنفسه زجرا للناس عن مثل فعله وصلت عليه الصحابة
WA QAALA AL HASAN WANNAKHA’I WA QATAADAH WA MAALIK WA ABUU HANIIFAH WASYSYSAAFI’I WA JAMAAHIRUL ‘ULAMAA YUSHALLAA ‘ALAIHI. WA AJAABUU ‘AN HAADZAL HADIITSI BI ANNANNABIYYA SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM LAM YUSHALLI ‘ALAIHI ZAJRAN LINNAASI ‘AN MITSLI FI’LIHII. WA SHALLAT ‘ALAIHI ASHSHAHAABAH
Berkata al Hasan, an Nakha’i, Qataadah, Malik, Abu Hanifah, Asy Syafi’i dan juhmur ulama orang mati bunhuh diri dishalatkan. Mereka menjawab hadits ini bahwasanya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam tidak menshalatkan adalah untuk mencegah orang-orang agar tidak melakukan perbuatan semacam ini. Sementara para shabatat menshalatkannya.
المجموع شرح المهذب – شجرة العناوين (5/ 267)
(فرع) من قتل نفسه أو غل في الغنيمة يغسل ويصلى عليه عندنا وبه قال أبو حنيفة ومالك وداود وقال احمد لا يصلى عليهما الامام وتصلى بقية الناس.
MAN QATALA NAFSAHUU AU GHALLA FIL GHANIIMAH YUGHSALU WA YUSHALLAA ‘ALAIHI ‘INDANAA WA BIHII QAALA ABUU HANIIFAH WA MAALIK WA DAAWUUD. WA QAALA AHMAD LAA YUSHALLII ‘ALAIHIMAA AL IMAAM WA TUSHALLII BAQIYYATUNNAAS.
Siapa yang bunuh diri atau curang didalam ghanimah dia dimandikan dan dishalatkan, (demikian) menurut madzhab kami (Madzhab Syafi’i) dan dengan pendapat ini berkata Abu Hanifah, Malik dan Dawud. Imam Ahmad berkata: Imam (kepala negara) tidak menyalatkan keduanya (orang yang mati bunuh diri dan curang dalam ghanimah) sementara orang-orang (ummat Islam) lainnya tetap menyalatkannya.
b. Tidak benar orang yang mati bunuh diri haram dikuburkan, bahkan orang yang mati bunuh diri tetap wajib untuk dikuburkan karena masih berstatus muslim.
Referensi :
اتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ عَلَى وُجُوبِ تَكْفِينِ الْمَيِّتِ الْمُسْلِمِ وَدَفْنِهِ ، وَصَرَّحُوا بِأَنَّهُمَا مِنْ فُرُوضِ الْكِفَايَةِ كَالصَّلاَةِ عَلَيْهِ وَغُسْلِهِ ، وَمِنْ ذَلِكَ الْمُنْتَحِرُ ؛ لأَِنَّ الْمُنْتَحِرَ لاَ يَخْرُجُ عَنِ الإِْسْلاَمِ بِارْتِكَابِهِ قَتْل نَفْسِهِ كَمَا مَرَّ
الكتاب : الموسوعة الفقهية الكويتية ج6 ص295
Wallahu a’lamu bisshowab..